Senin, 25 April 2011

Mario Teguh Super Point 33 - Kaya vs Miskin

"Pak Mario, apa jalan terpendek
menuju kemiskinan dan kekayaan?

Jalan terpendek menuju kemiskinan
adalah kemalasan.

Semakin malas, semakin cepat miskin.

Jalan terpendek menuju kekayaan
adalah kerja keras.

Kalau kerja cerdas?

Kerja cerdas adalah bekerja keras
di bidang yang Anda sukai,
dalam keahlian Anda,
dan yang bermanfaat bagi sesama.

Dengannya, Anda akan dikayakan
dalam seluas-luasnya arti."


Mario Teguh
(Facebook)

Jika orang ditanya, apakah Anda mau jadi orang miskin atau orang kaya? Pertanyaannya 'basi'; karena jawabannya sudah bisa ditebak: ingin jadi orang KAYA. Kekayaan akan membuat hidup lebih 'lapang'; uang banyak berlipat-lipat, kendaraan [yang mewah] banyak mengkilat, rumah istana bertingkat-tingkat; bahkan, istripun cantik memikat - kadang-kadang jumlahnya empat (istilah K.H. Zainuddin MZ). Dengan uang yang banyak, Anda bisa membeli apa saja, kapan saja dan dimana saja. Anda pun juga tidak perlu repot-repot cemas dan berpikir njelimet bagaimana nasib garis keturunan Anda kelak. Pun Anda tidak akan kepanasan apalagi kehujanan; karena Anda punya kendaraan yang 'wah'. Rumah Anda pun juga bisa 'menampung' tujuh keturunan - seperti Istana Versailles. Dan..., Anda akan 'dilayani total' oleh istri-istri cantik Anda. Singkat kata, jadi orang kaya ibarat surga dunia.

Tapi, bagaimana dengan orang miskin? Sudah pasti hidupnya menderita; lahir dan batin. Uangnya sedikit bahkan tak punya, kendaraan hanya kedua kaki, rumah gubug reot dan istri pun cuma tampil 'seadanya'. Itu masih beruntung; kebanyakan justru 'minggat' karena tak tahan hidup miskin. Yang lebih parah lagi; sudah miskin, tak ada yang mau jadi istri. Jadi orang miskin berarti juga harus 'rela' dicemooh, dipandang sebelah mata, dihina, dicerca, dicaci, dimaki-maki; bahkan dipermainkan, diusir dan 'disingkirkan dari peredaran'! Itulah nasib orang-orang termarjinalkan! Apes konsisten!

Tapi..., Tuhan itu Maha Adil! Nasib manusia di muka planet Bumi ini seperti roda pedati. Simaklah bait pertama lagu "Cando Roda Padati" yang dipopulerkan oleh Wisye Pranadewi berikut:

""Nasib bak cando roda padati, roda padati,
Turun naiak batuka ganti baganti
Batuka ka ateh yo dapek galak berarak, galak berarak
Turun ka bawah taimpik badan marasai"

 
Ya..., hidup itu tak selamanya di atas; tak selamanya pula di bawah. Hidup itu akan selalu 'berganti-ganti'. Keadaan apapun yang Anda alami sekarang itu hanyalah SEMENTARA. Anda sekarang kaya [raya], siapa tahu besok Anda bisa jatuh miskin alias bantal [baca: bangkrut total]. Sebaliknya, Anda sekarang miskin [raya], siapa tahu besok Anda bisa 'naik tingkat' menjadi orang kaya [raya]. Segalanya itu mungkin; karena setiap kejadian di alam semesta itu bergantung kepada izin-Nya. 

"Orang-orang yang [merasa] dikurangkan pada sesuatu hal, maka Tuhan akan melebihkannya pada hal-hal yang lain" (Mario Teguh

Orang-orang kaya memang punya banyak 'kelebihan' - secara kasat mata. Namun sebenarnya, orang-orang yang 'sekarang miskin' juga punya 'kelebihan' dan 'kekuatan' yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagian besar orang miskin mempunyai semangat dan motivasi berusaha yang jauh lebih besar dan hebat daripada orang-orang kaya; mereka sudah 'tahan banting' terhadap segala situasi, pantang menyerah - seperti destroyer tank. Dari sisi kemampuan intelektual, mereka orang-orang miskin bisa 'unjuk gigi'; bahkan sering 'merajai'. Dan..., orang-orang yang berhasil, besar lagi hebat justru kemudian lahir dari 'belenggu kemiskinan'; mereka berhasil lepas bagai pegas - laksana roket Katyusha; lepas tak terbendung membubung mega. Malah, orang-orang yang dulunya memandang sebelah mata akan terhenyak, gempar, bertekuk lutut dan..., 'menangis darah'!

Apa rahasianya? Kerja keras; tidak bermalas-malas. Lalu, bagaimanakah dengan kerja cerdas? Kerja keras dapat diartikan sebagai kerja dengan bersungguh-sungguh, dengan penuh semangat untuk menggapai tujuan dengan memaksimalkan segala daya dan potensi yang ada. Artinya, kerja keras memerlukan waktu yang lama dan energi yang luar biasa besar. Sementara, kerja cerdas berarti bekerja dengan fokus, kreatif dan inovatif. Kerja cerdas memerlukan energi yang [jauh] lebih sedikit tapi hasilnya besar; bahkan lebih besar. Anda hanya perlu "dongkrak sederhana"; belajar akan keberhasilan dan kegagalan orang-orang lain dan menemukan cara atau ide-ide baru.* Dan..., satu kunci terakhir; pastikan apa yang Anda kerjakan itu adalah dalam bidang yang Anda sukai, minati - Anda punya keahlian di bidang itu dan bermanfaat bagi sesama. Seperti yang pernah diutarakan oleh Sun Tzu: "Kenalilah dirimu [potensi, bakat, minat, keahlian, kelemahan] dan musuhmu [tantangan, ancaman, hambatan, gangguan], maka kau akan tak terkalahkan dalam seratus peperangan - sukses dan kaya!"

So:
"Kemiskinan dan kekayaan - layaknya suami-istri - adalah pasangan. Keduanya bisa bermakna positif atau negatif; tergantung dari bagaimana kita dan cara kita memandang dan menanggapinya. Kekayaan yang 'tidak berkah' adalah kekayaan yang dimanfaatkan untuk menyakiti dan berbuat semena-mena terhadap orang lain. Sementara itu, kemiskinan 'yang berkah' adalah kemiskinan yang mampu menjadi sebuah bejana, wadah untuk 'melejitkan' potensi diri menjadi pribadi-pribadi yang besar lagi hebat; dengan kombinasi strategi kerja keras, kerja cerdas dan kerja 'bernas'. Biarkan kemarahan itu tetap bersemayam di hati dan pikiran; karena kemarahan 'sejati' adalah kemarahan yang menjadi energi 'pembuktian jati diri yang juga sejati'.







Arif Budiman, S.S.

Sabtu, 23 April 2011

Mario Teguh Super Point 32 - Doa Minta Jodoh

"Tuhanku yang sedang memelihara
belahan jiwaku,

Telah lama hatiku pilu dalam kerinduan
untuk memenuhi undangan-Mu agar aku
membangun keluarga yang tenteram
dan penuh kebaikan.

Tuhan,
jadikanlah aku tertarik hanya kepada
dia yang setia kepada yang benar,
daripada yang hanya berharta
tanpa kemuliaan hati.

Wahai Yang Maha Cinta,
basuhlah dahaga jiwaku ini,
segeralah Kau sandingkan aku
dengan belahan jiwaku."


Aamiin
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880



Sebait doa di atas tentu pernah dilafadzkan oleh setiap orang; di hati dan di lidah. Ya, doa minta jodoh! Jodoh yang 'sepertinya' belum datang sementara keinginan sudah ada - bahkan 'mendesak'. Sebuah ekspresi jiwa yang merindukan datangnya seseorang - belahan jiwa, teman sejati - yang akan menemani dalam sebuah 'perjuangan suci'; mengarungi bahtera hidup yang penuh dengan badai dan ombak besar. 'Perjuangan suci' ini tentu akan lebih 'bernilai', 'bermakna' dan 'ringan' jika dihadapi berdua.

Ada sebagian orang yang begitu 'mudahnya' menemukan dan bersanding dengan belahan jiwanya; sementara sebagian yang lain tidak. Ada sebagian orang yang begitu mudahnya 'mengganti belahan jiwanya' di saat dirasa sudah tidak ada 'kecocokan'; sementara sebagian yang lain justru sebaliknya. Ada juga sebagian orang yang di suatu saat dilimpahkan kemudahan untuk bersanding dengan belahan jiwanya - entah karena sudah lama pacaran ataupun dijodohkan, tapi tidak dipergunakan sebaik-baiknya dengan seribu satu alasan atau ketakutan; sementara yang lain justru seperti 'dipersulit'.

'Kategori pertama' memang beruntung; setidaknya menurut 'kategori kedua'. Seharusnya mereka bersyukur dan mempergunakan 'kemudahan' itu dengan sebaik-baiknya. Selagi masih ada kesempatan! Selagi belum dipersulit oleh-Nya! (Lebih lanjut, baca http://mohsafrudin.blogspot.com/2010/05/doa-minta-jodoh.html

'Kategori kedua' sepertinya memang bernasib 'malang'. Sebenarnya, mereka adalah orang-orang 'pilihan'. Mereka sengaja tidak 'dibebaskan' bergaul dengan lawan jenis yang mungkin saja akan membawa mereka ke jurang kehancuran. Mereka 'ditempa' sedemikian rupa sehingga di suatu saat mereka bisa menjadi pemimpin besar; setidaknya pemimpin bagi dirinya sendiri dan keluarga sakinah-nya. Mereka pun juga dilindungi dari segala hal yang akan mencelakakan mereka; sampai-sampai orang lain menganggap mereka "cumi", "kuper", "cupu" dan sebagainya. Dzat Yang Maha Agung membuat mereka tumbuh; semakin lama semakin kuat dan hebat; sehingga pada suatu saat, mereka akan disandingkan dengan belahan jiwa mereka yang juga kuat dan hebat.

Dan, seperti halnya sebuah kalimat motivasi yang berbunyi: "Laki-laki baik-baik akan bersanding dengan perempuan baik-baik; begitu sebaliknya".  Pria baik-baik akan cenderung hatinya kepada wanita yang mempunyai kepribadian baik, cerdas, setia, lemah lembut dan keibuan; sementara wanita baik-baik akan cenderung hatinya kepada pria yang mempunyai kepribadian yang juga baik, cerdas, setia, penyayang, pengayom, pengertian dan kebapakan. Kelak dari pasangan ini akan lahir pribadi-pribadi yang berkualitas, santun, cerdas, bermartabat dan amanah.

So:
"Kemuliaan dan kebahagiaan itu bukan terletak pada apa yang dimiliki; tetapi dari cara mendapatkannya. Kemuliaan dan kebahagiaan itu terletak di hati, bukan pada benda mati yang dimiliki. Penundaan hanya akan membawa kepada kenestapaan pada hati, jiwa dan raga...."





Arif Budiman, S.S.  

Sabtu, 16 April 2011

Mario Teguh Super Point 31 - Kebijaksanaan untuk Masa Depan

"Berlakulah lebih bijak dalam
keraguan Anda mengenai masa depan.

Ketidak-pastian masa depan
telah menundukkan banyak jiwa
yang sejatinya hebat,
dan meracuninya dengan dugaan buruk
mengenai kesulitan yang akan terjadi.

Dan saat yang mereka duga itu datang,
mereka panik dan menyalahkan
ketidak-adilan hidup.

Tidak menyiapkan diri saat merasa khawatir
adalah pintu masuk menuju hidup yang gelisah."


Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880


Tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui (dengan pasti) seperti apa masa depannya - karena memang tidak pernah diberitahu. Masa depan itu ibarat mencari sebutir biji kelapa di tengah samudera yang maha luas; tidak pasti dan 'tidak diketahui keberadaannya. Tapi ada satu hal yang pasti; masa depan itu ada! Masa depan akan 'dimiliki' oleh setiap manusia dalam hidupnya; entah disadari atau tidak!

Ada satu kata yang mungkin bisa menggambarkan masa depan; ketidakpastian. Gambaran seperti ini memang sudah banyak 'menenggelamkan' manusia sekaligus 'mengubur harapan' mereka. Banyak manusia yang ragu akan masa depannya sendiri sementara mereka hanya berpangku tangan, tidak melakukan apa-apa. "Buat apa memikirkan masa depan, nanti saya toh akan begini-begini saja!" atau "Apa mungkin saya akan menjadi seorang yang terkenal sementara saya hanya punya modal begini?"; begitulah yang mereka pikirkan. Memang, meragukan sesuatu adalah manusiawi - bahkan dalam tingkat tertentu sangat dianjurkan (seperti pemikiran Rene Descartes dengan postulatnya "Cogito ergo Sum" atau "Dubito ergo Sum")*. Tujuannya hanya untuk mencari cara-cara baru atau memperbaiki cara-cara 'lama' dalam memandang dan merespon sesuatu; termasuk masa depan! Tapi jika sudah sampai pada tahap 'membunuh' harapan dan meracui pikiran dengan segala hal yang 'melemahkan' semangat dan motivasi berusaha, maka keraguan seperti ini tak layak untuk dipertahankan - jika yang memilikinya benar-benar ingin mendapat keberuntungan! Kapan? Ya, tentu saja di masa depan!

Ada begitu banyak contoh yang dapat kita ambil sebagai teladan; yang baik dan yang buruk. Seorang Briptu Norman Kamaru salah satunya; siapa yang pernah menyangka kalau dia akan menjadi seseorang yang terkenal hanya karena 'aksi lucunya' di YouTube? Jawabannya; tidak pernah! Jangankan orang lain, dia sendiri (mungkin) tidak pernah berpikir sampai ke situ. Yang dia lakukan hanya berusaha 'memberikan sesuatu yang berguna untuk orang lain' - sesuatu yang bisa dia lakukan; tidak (terlalu) memikirkan yang lain. Tapi, itulah kenyataannya! Masa depan itu sesuatu yang tidak pasti! Sesuatu yang tidak terukur dengan akal, logika dan perasaan manusia!

'Kenestapaan' dan 'kebahagiaan' itu diciptakan oleh pikiran manusia; sesuatu yang sebenarnya biasa bisa menjadi 'luar biasa' di alam pikiran manusia. Jika berpikir yang negatif - khawatir akan menghadapi kesulitan menghadapi masa depan yang dirasa tidak akan bisa teratasi, maka dalam kenyataannya manusia akan benar-benar mengalami hal yang seperti itu pada saat kekhawatiran itu datang. Yang akan timbul kemudian adalah kepanikan - kepanikan yang semakin lama semakin memuncak hingga menyalahkan kehidupan. Pada akhirnya, hidup akan menjadi susah dan gelisah.

So:
"Meragukan sesuatu - termasuk masa depan - tidaklah dilarang; yang tidak boleh itu adalah jika sampai 'larut' dalam 'keraguan' itu sendiri yang pada akhirnya akan membuat kita 'terlena' dan tidak tegas dalam memperbaiki diri dalam kesegeraan waktu dan kesekecil-kecilnya perbuatan. Bijaksanalah dalam memandang dan menyikapi sesuatu!"










Arif Budiman, S.S. 




 

Sabtu, 09 April 2011

Mario Teguh Super Point 30 - The Extreme Love

"Berhati-hatilah dengan cinta
yang liar membara di awal pertemuan,
terutama yang meledak-ledak
dengan semangat untuk
mengabaikan kebaikan
dan menghalalkan yang tidak.

Cinta yang paling panas awalnya,
biasanya berakhir paling dingin.

Cinta yang hingar bingar pada awalnya,
biasanya berakhir dengan perpisahan
dalam kesepian yang pedih.

Jatuh cintalah,
tapi jangan pernah kehilangan
kemuliaan dirimu."


Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880

Pembicaraan tentang cinta seperti tak pernah ada habisnya; dan kenyataannya memang demikian. Postingan kali ini membahas tentang 'sisi lain' dari cinta; awal dan akhir. Seperti layaknya sebuah 'pertemuan', pasti berakhir dengan 'perpisahan'; begitu pula dengan cinta. Cinta memiliki 'awal' dan juga memiliki 'akhir'.

Sebahagian besar 'awal' cinta membawa 'senyuman' kebahagiaan; excitement. Datangnya cinta bisa terjadi karena 'disengaja' maupun 'kebetulan'. Sebenarnya, tidak ada istilah 'kebetulan' itu karena segala sesuatu di semesta raya ini sudah diizinkan untuk terjadi; jadi, hanya 'istilah manusia' saja. 'Badai' cinta datang membawa sebuah perubahan; yang sedih atau patah hati menjadi ceria kembali, yang sudah putus pengharapan menjadi punya harapan lagi. Semua yang 'merah' menjadi 'biru'...!

Tapi yang juga sering terjadi adalah bahwa cinta datang seperti 'diboncengi' perasaan yang liar dan meledak-ledak. Lihatlah contoh di sekeliling kita, apalagi kehidupan mereka yang disebut artis! Bagi mereka, jatuh cinta seolah 'ladang proyek baru'. Mereka jatuh cinta dan 'mengumbar kemesraan yang panas dan (bahkan) meledak-ledak' ke khalayak umum; tanpa malu dan sungkan. Apa-apa yang seharusnya bersifat pribadi dan two-way interpersonal relationship dibuat menjadi 'konsumsi umum'. Mereka, entah sengaja atau tidak, bahkan melakukan hal-hal yang 'belum pantas' di depan masyarakat dengan rasa bangga yang amat sangat. Mereka lupa dan (sepertinya) tidak sadar bahwa mereka sudah 'terjerat' perasaan cinta yang 'membabi-buta'; mereka seperti kehilangan akal logika sehat dan nurani. Nafsu merekalah yang memimpin, sementara hati mereka terpenjara!

Dan, ketika cinta itu 'harus' memilih untuk berakhir, mereka jatuh dan larut dalam lautan kesedihan. Memang bukan mereka saja yang seperti itu; orang-orang yang jatuh cinta secara 'wajar' pun jika harus menghadapi kenyataan pahit semacam ini tentu akan merasakan jatuh dan sedih. Perbedaannya, mereka yang jatuh cinta dan menanggapi secara 'berlebihan', liar dan meledak-ledak biasanya akan lama diam dalam keterpurukan jika putus cinta; sementara bagi orang-orang yang menanggapi putusnya jalinan cinta secara 'wajar' akan cepat bangkit, survive dan membuka lembaran dan harapan baru - bahkan sangat cepat. Jadi bukan jatuh cintanya yang perlu berhati-hati, tapi penanggapannya!

So: 
"Jatuh cinta yang ditanggapi secara tidak wajar hanya akan membawa kehidupan ke jurang kehancuran; dia akan cepat berlalu dan meninggalkan puing-puing reruntuhan jiwa yang hampa dan sia-sia. Jatuh cinta dengan tetap menjadi pribadi mulia akan menjadikan cinta yang dipunya menjadi lebih punya makna. Muliakanlah diri dan cinta dalam wadah yang dirahmati-Nya...."







Arif Budiman, S.S. 

Jumat, 08 April 2011

Mario Teguh Super Point 29 - The Tremendous Anger

"Untuk yang hatinya sedang marah:

Tuhanku Yang Maha Kuat,

Aku marah atas perlakuan
tak berkasih sayang dan tak adil
yang kuterima ini,
tapi aku tahu aku tak boleh lupa
bahwa ini terjadi dengan
pengetahuan dan ijin dari-Mu.

Ini pasti Kau maksudkan
agar aku hanya berharap kepada-Mu
dan berlaku lebih tegas
mengenai yang baik bagiku.

Tuhan, kuatkanlah aku,
lebih kuat daripada keburukan
yang ditujukan kepadaku.

Aamiin"


Tak ada manusia yang tidak pernah marah; seberapapun sabarnya dia. Suatu ketika - suka atau tidak - dia memerlukan marah. Kemarahan adalah sesuatu yang sangat manusiawi; penyeimbang sifat sabar. Kemarahan adalah suatu keniscayaan; dia adalah exhaust gas keburukan yang bersumber dari hati dan pikiran.

Kemarahan 'sejati' adalah kemarahan yang terjadi untuk 'perbaikan diri'. Kemarahan itu berarti 'pemberitahuan' kepada diri sendiri bahwa ada satu kondisi atau hal yang mesti diperbaiki untuk mencapai tingkat kehidupan dan 'kedewasaan' yang lebih tinggi. Memaknai kemarahan sebagai sesuatu yang 'sehat' adalah tanda 'kejeniusan tingkat tinggi' yang - suka atau tidak - tidak dimiliki oleh semua orang.

Saat seseorang marah, dia akan menggunakan energi yang sangat besar yang bersumber dari kekuatan hati dan pikirannya. Matanya merah, suaranya meninggi, raut wajahnya memanas; bahkan tangan dan kakinya bisa turut 'berbicara'. Kemarahan yang meledak-ledak dan tak terkendali hanya akan menimbulkan kerugian dan kerusakan; moril dan materil. Dan..., energi yang sangat luar biasa besarnya itu pun terbuang percuma...!

Kemarahan perlu dikelola dengan baik; entah itu bagi yang sedang mengalami marah atau bahkan yang sedang 'dimarahi'. Jika energi marah itu digunakan untuk 'membuktikan' atau 'membalikkan keadaan' penyebab timbulnya marah, maka energi itu akan sangat efektif lagi efisien. Kebanyakan orang jika sedang marah - dan 'dimarahi' - akan berusaha 'membela diri'; self-defense mechanism akan berlapis-lapis - dari ring 1 hingga ring 10 - terlepas apakah dia sadar atau tidak akan kebenaran dan ketidakbenaran hal yang membuatnya marah. Dengan pengelolaan yang mumpuni, sistem pertahanan diri akan sedikit dilonggarkan; elemen-elemen informasi yang benar dari luar akan terserap dan terolah menjadi bala bantuan cadangan - Komando Strategis, sementara elemen-elemen yang salah dari luar juga akan terserap dan terolah menjadi 'tawanan' - Prisoners of War (POW). Nantinya, 'POW' ini akan dijadikan 'tameng hidup' untuk 'membalikkan keadaan'; membuktikan bahwa informasi invalid itu tidaklah benar - tantangan menjadi peluang.

So:

"Your anger is truly your tremendous power of change; so manage it wisely! (= Kemarahan Anda sebenarnya adalah kekuatan maha dahsyat bagi perubahan diri Anda sendiri; jadi kelolalah dengan bijaksana!)"






Arif Budiman, S.S. 

Selasa, 05 April 2011

Mario Teguh Super Point 28 - Kegamangan Cinta

"Cinta adalah campuran menggamangkan
antara kemuliaan dan kebinatangan.

Jika kebaikan berkuasa dalam cinta,
maka harapkanlah kehidupan
seindah surga yang akan dibangun
oleh cinta dan kesetiaan antara keduanya.

Tapi,

Jika keburukan yang memimpin,
maka bersiap-siaplah bagi kehidupan
yang pedih karena dikoyak oleh nafsu
dan dihinakankan oleh pengkhianatan.

Cinta tanpa kemuliaan, hanya akan menyiksa."


Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880

Cinta memang kaya, bahkan amat sangat kaya. 'Kekayaan' cinta seperti tak ada batasnya; bak menembus ruang dan waktu. Seperti Dzat yang menganugerahkannya untuk setiap makhluk bernyawa. Cinta meliputi segala sesuatu; yang di langit dan di bumi. Dalam cinta terkandung banyak variasi makna, sebanyak hati dan rasa yang 'memilikinya'; baik dulu, sekarang dan masa depan. Umumnya, cinta dimaknai sebagai sesuatu yang indah laiknya malam ditaburi hamparan permadani bintang yang berkelap-kelip. Atau, cinta dimaknai sebagai sesuatu yang mencerahkan - enlightment; sesuatu yang mampu mentransformasi sesuatu dan - terutama seseorang - yang dehumanized menjadi humanized dan civilized. Sebaliknya, cinta juga 'mampu' meluluhlantakkan sesuatu yang bahkan sangat besar yang telah dibangun sejak lama; bahkan meninggalkan 'radiasi nuklir'-nya seumur hidup bagi yang 'merasakannya'. Cinta itu ibarat pisau bermata dua; tajam kedua sisinya!

Cinta bisa melahirkan kemuliaan; namun pada saat yang sama juga bisa menghadirkan sifat 'kebinatangan'. Cinta yang 'memuliakan' akan 'mengharumkan' nama dan 'menghebatkan' yang memilikinya. Cinta yang diperintah oleh kebaikan akan menjadikan kehidupan dunia laksana surga dan segala yang ada di kanan-kirinya adalah hamparan permadani kembang setaman yang harum semerbak lagi menawan dan membuai. Dengan kebaikan sebagai Raja, engkau akan menemukan dirimu dihormati dan dipedomani. Sebaliknya, jika cinta telah 'diboncengi' oleh kekuatan keburukan, cinta itu hanya akan 'mengubur' dirimu dalam kenestapaan dan pengkhianatan yang menyakitkan. Apa-apa yang terlihat, terpikirkan dan terasakan tak lebih dari sekadar hawa nafsu sesaat semata yang membuatmu hina-dina di hadapan pandangan Ilahi dan insani. 'Penyiksaan' seperti ini tampak di luarnya nikmat, tapi sesungguhnya akan menggiringmu jatuh ke dasar jurang paling dalam untuk tidak pernah kembali - jika dibiarkan begitu saja.

"Cinta dalam kegamangan membutuhkan sentuhan 'mahakarya' logika yang kuat lagi hebat! Cinta dalam kegamangan ibarat sebuah persimpangan jalan; ada begitu banyak jalan tersedia dan hanya ada satu yang benar-benar mengantarkan ke tujuan dengan selamat. Cinta memang bisa melumpuhkan logika; tapi bagi jiwa-jiwa dengan hati-hati yang bersih lagi baik dan kuat, logika dapat 'bereinkarnasi' yang menjelma menjadi sebuah kekuatan raksasa yang tak mudah dibendung, apalagi dipatahkan begitu saja dengan mudahnya. Pikiran-pikiran yang positif dan logis akan 'membebaskan' cinta yang 'tersandera oleh nafsu kebinatangan dirimu sendiri'. 'Kekuatan gabungan' antara cinta yang jujur lagi tulus dengan pikiran yang positif lagi logis akan melindungi diri dan kehidupanmu dari ancaman fitnah dan serangan genosida dan holocaust cinta buta yang membinasakan. Dan, rayakanlah kemenangan itu dengan sewajarnya!"



Arif Budiman, S.S.