Rabu, 30 Maret 2011

Mario Teguh Super Point 27 - Derita Cinta

"Mungkin tidak ada cerita
anak manusia yang keindahannya
menembus abad-abad sejarah
seperti cerita mengenai cinta.

Jatuh cinta itu indah
tapi kenikmatannya tak bisa
menandingi kenikmatan dari derita cinta.

Hati tak pernah tersayat lebih dalam,
air mata tak pernah terperas lebih kering,
dan sukma tak pernah lebih dekat ke akhirat,
kecuali dalam kepiluan karena cinta.

Derita cinta, pilunya merasuk sukma."


Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880

Rasa cinta pasti ada
Pada makhluk yang bernyawa
Sejak lama sampai kini
Tetap suci dan abadi
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Renungkanlah

Perasaan insan sama
Ingin nyinta dan dicinta
Bukan ciptaan manusia
Tapi takdir yang kuasa
Janganlah engkau mungkiri
Segala yang Tuhan beri

Rasa cinta pasti ada
Pada makhluk yang bernyawa
Sejak lama sampai kini
Tetap suci dan abadi
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Renungkanlah


Jika orang ditanya, "Pernahkah Anda merasakan cinta dan jatuh cinta?" Jawabannya pasti: PERNAH, bahkan 'berkali-kali'. Cinta memang indah, bahkan sangat indah - bagi yang merasakannya. Cinta laksana air surgawi yang menetes membasahi jiwa yang sedang kering-kerontang akan kasih dan sayang. Cinta menumbuhsuburkankan semangat hidup dan 'militansi tiga serangkai' - hati, pikiran dan tindakan. Cinta menghadirkan gelak tawa bahagia di sebuah gubuk reot maupun istana. Dan, cinta diciptakan dan diperuntukkan bagi seluruh makhluk bernyawa.

Cinta adalah sesuatu yang suci; pada awalnya dan pada akhirnya. Dengan cinta, segalanya bisa menjadi sangat mudah; segalanya bisa menjadi mungkin; dan segalanya bisa mengalir lancar. Dalam kata cinta, tersembunyi banyak makna kehidupan pada keajaiban penciptaan semesta raya. Cinta juga berarti 'pertemuan hati'; sikap penerimaan total masing-masing tanpa mengharuskan sikap saling MUST TO BE; tapi AS HE/SHE IS. Berbicara cinta berarti berbicara tentang kejujuran; kejujuran hati.

Sisi gelap cinta adalah bahwa dia bisa sangat menyayat, menghunjam sampai ke jantung hati. Sukma terasa 'terbakar' lalu lepas bebas meninggalkan raga yang terhuyung-huyung; kemudian jatuh. Air mata yang jatuh membasahi bumi bisa kering melebihi ganasnya Gurun Sahara; terlihat seolah-olah tanpa harapan dan 'kehidupan'. Semua rasa berbaur menjadi satu; semangat dan 'milintasi tiga serangkai' mendadak layu - bahkan sebelum 'berkembang'. Kehidupan seolah berhenti; setidaknya terasa hampa karena separuh jiwa berlalu pergi bersama cinta yang terbang entah kemana. Semuanya tersendat!

Namun, cinta pada suatu saat pasti akan kembali lagi. Dia akan kembali; entah sang penerima siap atau tidak! Cepat atau lambat! Dan seperti biasanya, dia datang membawa harapan, senyum dan semangat baru. Siapa yang mensyukuri, ikhlas, berpikir positif dan mampu menarik hikmah dari 'cinta yang berkhianat' akan merasakan kenikmatan dan kedamaian yang jauh lebih besar pada saat cinta itu kembali. Mentari kehidupannya kembali bersinar menerangi alamnya, penerang jalan hidupnya. Kehidupannya telah kembali!





Arif Budiman, S.S. 

Senin, 21 Maret 2011

Mario Teguh Super Point 26 - Cinta yang Mengecewakan

"Semakin dekat dan semakin bernilai
seseorang bagi kita,
akan semakin besar pelukaan
pada hati ini,
jika dia mengecewakan kita.

Ingatlah,

Hanya orang yang kita percayai
yang bisa mengkhianati kita.

Maka dekatlah, percayailah,
atau kasihilah orang lain dengan cara
yang masih tetap memelihara
kemandirian Anda sebagai pribadi
yang damai dan kuat.

Hanya Tuhan-lah
yang tidak akan pernah mengecewakan kita."


Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880

"Cinta adalah permainan rasa yang sering melumpuhkan logika jika dimaknai tak selayaknya; cinta memberi sugesti Illahi untuk mengubah sesuatu menjadi lebih berarti; pengorbanan atas nama cinta tak akan menghasilkan apa-apa jika tiada senyuman sesaat sebelum dan sesudahnya. Hargailah cinta sebagaimana mestinya."

(Arif Budiman, S.S.; March 20, 2011: "In Search for Truly Golden Love - In the Name of Love") 

************************ 

Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut. Sementara itu, afeksi atau kasih sayang (affection) secara harfiah adalah semacam status kejiwaan yang disebabkan oleh pengaruh eksternal yang dalam bahasa Inggris sering digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua orang (atau lebih) yang lebih dari sekedar rasa simpati atau persahabatan. (Wikipedia)

Seperti definisi di atas, jika 'direduksi' lebih lanjut, cinta itu selalu melibatkan dua pihak; satu yang mencintai dan yang lain mencintai. Jika 'dikembangkan' lebih lanjut, perasaan cinta akan melahirkan sikap saling asah, saling asih dan (berujung) saling asuh. Suatu hubungan yang sangat 'mutualisme'; pelibatan antara perasaan dan (seharusnya) logika. Dalam arti yang lebih luas, cinta membutuhkan suatu komitmen untuk 'berjuang' dengan azas kesetiaan, saling percaya dan semangat rela berkorban.

Perasaan cinta itu akan saling mendekatkan hubungan antara kedua pihak - yang mencintai dan yang dicintai. Semakin dalam cinta itu terasa, semakin dekat hubungan itu. Pada taraf 'tertinggi', kedua insan sudah menjadi 'serba' satu - satu hati, satu pikiran, satu kata, satu perbuatan; "Bhinneka Tunggal Ika". Masing-masing sudah menjadi 'pakaian' yang menutupi kekurangan masing-masing pasangan. Kondisi seperti ini hanya bisa tercapai dalam konteks mahligai pernikahan yang benar-benar diridhai oleh Allah SWT.

Tapi bagaimanapun indah surgawinya cinta itu, terkadang dia (masih bisa) memberikan 'racun' yang tak kalah 'mematikan'; pengkhianatan. Hati yang berbunga-bunga hingga terbang melayang-layang di atas mega akan 'jatuh bebas' ditarik 'gravitasi balik' cinta dengan kecepatan supersonik, hingga jatuh dan hancur berkeping-keping. Luluh-lantaknya hati yang penuh 'beban cinta' akan membuat lubang yang menganga begitu besar. 'Gempa bumi' ber-magnitude besar akan terjadi; laksana 'kiamat kecil'. 'Tsunami raksasa' akan menggulung segalanya yang ditemuinya. Daratan yang dahulu begitu indah, sekarang habis tak bersisa. Semuanya telah hilang!

Luka hati yang ditinggalkannya akan sangat-sangat 'berkesan'; memorinya akan terus 'menghantui' seumur hidup. Kepercayaan yang dulu sempat 'diagung-agungkan' bahkan 'dipamerkan dengan seluruh rasa bangga' kini berubah wujud menjadi sesosok 'monster kekecewaan yang begitu bengis dan najis'. Rasa nikmat sudah berubah menjadi laknat. Karena apa? Karena cinta tak 'dirawat' sebagaimana mestinya; 'aturan permainannya' tak dikuasai dan dipatuhi.

Ada baiknya, sebelum cinta itu berubah menjadi sesuatu yang mengecewakan dan 'menjijikkan', kita semua bisa memahami makna ungkapan mutiara berikut:
"Cintailah seseorang sekedarnya saja karena boleh jadi dia pada masa depan akan menjadi seseorang yang paling kamu benci; sebaliknya, bencilah seseorang sekedarnya saja karena boleh jadi pada masa depan dia-lah yang paling kamu cintai dan sayangi. Selalu setia pada fokus pengupayaan pengimbangan dalam kerangka penghebatan diri yang akan menguatkan dan mendamaikan pribadi Anda. Kekuatan dan kedamaian pribadi Anda akan membuat Yang Di Langit dan Di Bumi akan mencurahkan segala limpahan perlindungan, rahmat dan kasih sayang-Nya kepada Anda dengan tanpa meninggalkan rasa kecewa sedikitpun."



Arif Budiman, S.S. 

Jumat, 18 Maret 2011

Mario Teguh Super Point 25 - Keadilan dalam Hidup

"Ada rekan yang membenci kehidupan
karena menurutnya hidup ini tidak adil,
karena dia tak pernah merasakan
kecukupan seperti orang lain.

Satu,
kita merasa cukup bukan karena memiliki,
tapi karena mensyukuri.

Dua,
hati yang mengeluh akan melihat apa pun
lebih baik daripada yang telah dimilikinya.

Maka,
marilah kita lebih bersyukur,
agar kita mulai bisa melihat kehidupan
dengan mata dan hati yang adil."


Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
 
 
Dalam kehidupan ini, kita selalu berhadapan dengan aneka rupa masalah. Kadang kita merasa senang, bahagia, bangga; kadang kita juga merasa sedih, lara; kadang pun kita merasa luluh, terjatuh; bahkan, terkadang kita merasa 'jenuh' dan mengeluh. Tidak jarang dari kondisi-kondisi seperti ini membuat kita kehilangan gairah hidup, bosan, berputus asa bahkan sampai 'membenci' kehidupan itu sendiri - apa yang telah terjadi dan apa yang telah dimiliki plus yang 'tidak' dimiliki. Memang, manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya!
 
Memiliki sesuatu yang diidam-idamkan - apalagi sudah sejak sekian lama - tentu sangat membahagiakan. Tak peduli berapa pun besar pengorbanan yang telah dilakukan; 'keberhasilan' itu sudah lebih dari cukup untuk menghapus segalanya. Kata pepatah orang Minangkabau: "Paneh sataun hilang dek ujan sahari (= Kemarau satu tahun bisa hilang lenyap karena hujan satu hari)." Bahkan, perasaan 'membumbung mega' itu terkadang jauh lebih besar daripada 'derita' dalam pengorbanan, perjuangan dan kesetiaan pada 'pencapaian target' yang diusahakan. Gubuk derita terasa istana; kambeh dimakan terasa fried chicken; kasur reot terasa spring bed! Ya, karena hati sedang 'berbunga-bunga di angkasa raya'!
 
Situasinya akan jauh berbeda jika 'impian' - yang telah dibangun berbilang tahun - tidak kunjung menjadi kenyataan; bahkan, 'kelihatannya' sudah tidak mungkin untuk diwujudkan. Semuanya dirasa sudah tidak berguna; sia-sia belaka. Lalu, mereka 'lumpuh'; kerdil jiwa dan pikiran. Dalam hatinya timbul benih-benih 'kebencian' terhadap kehidupan karena kehidupan sepertinya tidak adil. Jika dia memperhatikan orang lain yang 'sukses' merebut impian yang sama dan dengan 'terang-terangan mengumbar kepada khalayak ramai', dia akan merasa sangat tersiksa - jiwa dan pikiran. Perbandingan itu membuat 'angkara murkanya' bertambah parah hingga sampai tak 'terarah'.
 
Perjalanan hidup akan terasa lebih 'panjang' dan 'bermakna' jika yang menjalaninya mensyukuri; mensyukuri apa yang telah terjadi dan apa yang telah dimiliki. Merasa cukup apa yang ada - walaupun tidak memilikinya. Jika telah mensyukuri, hati bisa tertata rapi dan memandang apa yang tidak dimiliki sama baiknya dengan apa yang telah dimiliki. Jika dikurangkan dalam sesuatu hal, kita akan dilebihkan pada sesuatu hal yang lain. Kehidupan ini sudah adil sejak diciptakan-Nya; tak ada yang berubah. Dengan mensyukuri, 'mangkuk hati' akan dibuatkan-Nya 'memuai' layaknya alam semesta. Jujurlah pada hati sendiri!
 
 
 
 
  
Arif Budiman, S.S. 

Rabu, 09 Maret 2011

Mario Teguh Super Point 24 - Berdamai dengan Masa Lalu

"Janganlah merisaukan masa lalu,
dengan cara yang akan menjadikan
masa kini Anda,
sebagai masa yang akan Anda sesali
di masa depan.

Jika Anda tidak tegas membarukan sikap,
pikiran, dan tindakan Anda;
besar kemungkinan Anda hanya akan
mengulangi kesalahan yang sama.

Demi kasih sayang Tuhan kepada Anda,
jangan jadikan masa kini Anda
sebagai masa yang akan
Anda keluhkan nanti.

Please be kind to yourself."


Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880


"Masa lalu"; siapa yang tak punya masa lalu? Setiap orang memiliki masa lalu; entah itu suram atau menyenangkan, suka ataupun duka. Dan, satu yang pasti; masa lalu itu telah terjadi dan berlalu. Dia hanya menjadi catatan sejarah seorang hamba; apakah diukir dengan tinta emas atau perunggu. Dia pulalah yang menentukan 'warna' seseorang; apakah merah, hitam, biru, putih, ungu, kuning atau kelabu. 

Masa lalu adalah masa lalu; masa yang sebagian besar orang menganggap itu tabu dan tak perlu untuk diingat dan 'diresidu'. Padahal, masa lalu itu punya nama lain; pengalaman. Dia adalah 'tangan ajaib tak terlihat' pembentuk seseorang; karakteristik khas tertentu hingga membuat orang yang memilikinya menjadi 'sesosok yang sangat unik'. Mengetahui masa lalu seseorang berarti menyusuri atau 'trace back' kejadian-kejadian dalam lorong penembus ruang dan waktu dalam ranah hukum kausalitas yang 'berlaku' pada individu itu. 

Meski masa lalu tak lebih dari sekadar catatan sejarah individu, dia seharusnya tak perlu dibuat terlalu kelabu atau terlalu biru. Dia cukup 'dinikmati' dan dirasai lalu 'ditindaklanjuti'. Janganlah terlalu terpaku pada sesosok masa lalu yang menyeramkan karena berkemungkinan besar akan menghalangi seorang individu untuk 'mambangkik batang tarandam'; mengubah sesuatu yang musykil menjadi ril. Sebaliknya, jika terlalu terpaku pada sesosok masa lalu yang membiru akan membuat seorang individu jatuh ke dalam kubangan lumpur nostalgia indah masa lalu yang tak berkesudahan hingga lupa persiapan masa depan.

Sesungguhnya, jika kita mau sedikit menengok lebih ke dalam, ada secercah cahaya rahmat Tuhan yang terkandung dalam seonggok masa lalu. Dan, cahaya itu akan lebih besar jika sang masa lalu itu berwarna kelabu. Meski hati dan pikiran individu terecoki rasa 'penyesalan' dan/atau kesedihan akibat perbuatan sang masa lalu hingga menjadikan segala tindakannya terlihat 'asal-asalan', dibenci atau dimusuhi bahkan 'terlalu berlebihan' menurut sebagian besar orang; di dalamnya tersembunyi kekuatan 'alam' penakluk segala tantangan - jika benar-benar disadari dan dimanfaatkan. Kekuatan itu sudah lebih dari cukup untuk membalikkan segalanya! Yang diperlukan hanyalah perubahan; perubahan dalam sikap, pikiran, tindakan dan penerimaan diri!

"Biarlah semua mata memandang hina; biarlah semua telinga menutup suara mereka; biarlah semua mulut menyebut berjuta-juta perkataan cemoohan yang membuat hatimu terlecut dan berkerut! Senyumlah...! Lalu, biarkan sejarah yang berbicara! Biarkan sejarah yang mencatat dengan tinta permatanya akan sesosok hamba! Biarkan sejarah yang menceritakan tentang keagungan nama seorang hamba, kekasih Sang Perkasa, ke seluruh pelosok alam semesta hingga ke Kerajaan-Nya...! Lara yang kau rasa adalah permata hatimu, pembangun istanamu kelak di suatu masa yang abadi selamanya...!"




Arif Budiman, S.S. 




Jumat, 04 Maret 2011

Mario Teguh Super Point 23 - From Zero to Hero 01

"FROM ZERO TO HERO

Sikap 2

Untuk mencapai kebesaran hidupku,
aku akan menjadi pribadi yang meskipun.

Meskipun aku tak tahu,
aku akan memulai dan melakukannya.

Karena,
dalam melakukan itulah aku akan dibuat tahu.

Meskipun aku takut,
aku akan tetap maju menghadapinya.

Karena,
semua orang yang berani adalah orang yang
juga ketakutan, tapi tegas memberanikan diri.

Meskipun apa pun, aku bersama Tuhan."

Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880



"From Zero to Hero", dari "nol menjadi pahlawan", atau dari "bukan apa-apa atau siapa-siapa" menjadi "apa-apa atau siapa". Membaca 'headline tag' ini Anda mungkin sudah bisa menebak apa maksudnya. Ya, satu kata: tumbuh! Tumbuh dari orang 'biasa' menjadi orang yang 'tidak biasanya' bahkan 'luar biasa'. Tumbuh dari orang yang 'kurang beruntung' menjadi orang yang 'beruntung'. Sinonimnya adalah hijrah atau pindah! Hijrah atau pindah dari yang tidak besar atau 'tidak membesarkan' ke yang besar atau 'yang membesarkan'. Hijrah atau pindah dari pribadi 'bukan pilihan' menjadi 'pribadi yang pantas dipilih'. Pendeknya, segala sesuatu perubahan yang progresif-konstruktif!

Untuk memulainya tidaklah begitu sulit. Cukup punya 'bekal' yang mumpuni. Salah satunya adalah sikap berani. Berani dalam segala hal; terutama berani memulai sesuatu yang baru dan tidak takut menjalani segala sesuatu yang baru. Dia mencoba sesuatu yang baru tanpa terlalu memikirkan akibatnya nanti; meski dengan terselip rasa takut karena takut itu sangat manusiawi. Bukan takutnya yang menjadi masalah; tapi bagaimana mengelola rasa takut yang dimiliki! Dan dengan begitu, dia sadar kalaupun nantinya gagal dia telah 'dibuat tahu'. Bahkan meskipun banyak orang lain 'gagal' dalam hal itu, dia tetap berani melakukannya. Dia tidak peduli walaupun yang lain mencemooh atau mematahkan semangatnya yang sedang menyala-nyala dalam mencoba sesuatu yang belum pernah dia coba sebelumnya. Dia berkata "terima kasih dan izinkan saya melakukannya". Lalu, dia gagal seperti yang pernah diperingatkan; dia lalu berkata "setidaknya saya sudah merasakannya dan karena saya sudah merasakannya, saya sudah punya pengalaman akan hal itu." 

Orang-orang yang memiliki sikap dan jiwa berani pada umumnya akan bersikap lebih dewasa dalam menyikapi segala hal dikarenakan pengalamannya. Mereka juga memiliki 'ilmu', wawasan atau 'pengetahuan' yang 'lebih' karena 'keahlian' mereka di berbagai bidang - meskipun banyak gagalnya. Mereka juga akan lebih respek terhadap lawan bicara; entah sesama mereka atau yang 'masih yunior'. Ide-ide, pemikiran-pemikiran berikut kata-kata yang terlontar dari benak dan lidah mereka mengandung banyak arti - sebagian besar filosofis - hasil percampuran 'warna kehidupan' yang mereka cobai dan alami. Mereka juga cenderung bersikap terbuka, termasuk dalam hal membagi pengalaman kepada orang lain. Bagi mereka seperti berlaku pepatah 'kontemporer': "Experience and knowledge are power; if they are shared and applied (= Pengalaman dan pengetahuan itu adalah kekuatan; jika dibagi-bagikan dan diterapkan)".

"Orang-orang berani dikayakan Tuhan dengan ilmu dan pengalaman meskipun harta mereka berkekurangan; ilmu dan pengalaman tak akan pernah berkurang apalagi habis, dia akan terus bertambah dan semakin mantap bersemayam dalam diri yang memiliki, sedangkan harta akan cepat habis kalau rajin dibelanjakan apalagi dengan tak terkendali." 


Arif Budiman, S.S.

Rabu, 02 Maret 2011

Mario Teguh Super Point 22 - Hakikat Bekerja

"Janganlah marah kepada orang
yang tidak menghargai kemampuan Anda.

Tidak ada gunanya.

Sahabatkanlah diri Anda
kepada mereka yang menghormati Anda
sebagai jiwa yang baik,
dan yang menghargai kontribusi Anda
dengan adil.

Bekerja itu bukan hanya
untuk mencari uang.

Bekerja itu sesungguhnya adalah
untuk menemukan diri hebat Anda,
yang tak mungkin Anda temukan
dalam hubungan yang buruk
dengan orang lain."


Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880


Untuk apa kita bekerja? Rasanya, pertanyaan seperti ini tidak perlu diungkapkan lagi. Jawabannya sudah pasti: mencari UANG. Ya, mencari uang; mencari apa lagi? Setelah uang didapat, tentu semuanya bisa dibeli - itu pun kalau cukup. Jika tidak bagaimana? Ditabung, dalam jangka waktu tertentu. Simpel sekali!

Kita semua mungkin pernah mendengar satu kalimat mutiara bahwa uang bukanlah segalanya. Uang memang bukanlah segalanya; tapi dia 'wajib' untuk dimiliki. Karena dengan uang, kepala keluarga bisa menafkahi keluarganya - istri dan anak-anaknya. Dengan uang, pendidikan anak-anaknya bisa terjamin selain kebutuhan sehari-hari terpenuhi. Bahkan dengan uang, kemampuan 'tambahan' seseorang bisa diperoleh sehingga uang diibaratkan investasi jangka panjang terutama jika dibelanjakan untuk kepentingan peningkatan skill atau keahlian.

Bekerja, selain akan mendapatkan uang, juga akan menghebatkan diri kita. Apa-apa yang didapatkan di tempat pendidikan tidak semuanya terjadi di dunia nyata atau lapangan. Dengan bekerja, kita bisa 'menyesuaikan' atau 'mensinkronkan' antara keduanya. Bekerja adalah sesuatu yang rutin yang dilakukan secara terus-menerus; sehingga kemampuan kita makin lama makin terasah dan hebat. Dalam bekerja, tentu kita akan menghadapi banyak rintangan, halangan, kekurangan dan 'ketidaksesuaian' antara teori dan praktek. Dalam bekerja pula, kita akan menemukan solusi-solusi dari beraneka ragam masalah tersebut yang akan mengkayakan kemampuan kita; memberi warna tersendiri jika benar-benar dinikmati. Kata pepatah kuno: "Experience is the best teacher ( = Pengalaman adalah guru yang paling bijaksana)."

Dan, kesemuanya memerlukan 'campur-tangan' dari orang lain. Dengan menjalin hubungan baik dengan orang lain, maka kita sebenarnya juga menjalin hubungan baik dengan Tuhan. Sering sekali solusi sebuah masalah dalam bekerja lahir dari sumber-sumber yang tak diduga sebelumnya. Bagaimana jika ada orang lain yang tidak menghargai bahkan tidak mau menjalin hubungan baik dengan kita? Tidak usah marah, apalagi merespon secara berlebihan. Biarkan saja; karena itu juga hak mereka! Tetaplah jujur, ikhlas dan setia berada di jalan yang benar dengan menjalin hubungan yang baik dengan sesama; kalau perlu, buktikan bahwa kita 'beda dari yang lain' - We are the Champion. Pertolongan Tuhan itu ada dimana-mana; di Bumi dan di Langit.




Arif Budiman, S.S.