"Berhati-hatilah dengan cinta
yang liar membara di awal pertemuan,
terutama yang meledak-ledak
dengan semangat untuk
mengabaikan kebaikan
dan menghalalkan yang tidak.
Cinta yang paling panas awalnya,
biasanya berakhir paling dingin.
Cinta yang hingar bingar pada awalnya,
biasanya berakhir dengan perpisahan
dalam kesepian yang pedih.
Jatuh cintalah,
tapi jangan pernah kehilangan
kemuliaan dirimu."
Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
yang liar membara di awal pertemuan,
terutama yang meledak-ledak
dengan semangat untuk
mengabaikan kebaikan
dan menghalalkan yang tidak.
Cinta yang paling panas awalnya,
biasanya berakhir paling dingin.
Cinta yang hingar bingar pada awalnya,
biasanya berakhir dengan perpisahan
dalam kesepian yang pedih.
Jatuh cintalah,
tapi jangan pernah kehilangan
kemuliaan dirimu."
Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
Pembicaraan tentang cinta seperti tak pernah ada habisnya; dan kenyataannya memang demikian. Postingan kali ini membahas tentang 'sisi lain' dari cinta; awal dan akhir. Seperti layaknya sebuah 'pertemuan', pasti berakhir dengan 'perpisahan'; begitu pula dengan cinta. Cinta memiliki 'awal' dan juga memiliki 'akhir'.
Sebahagian besar 'awal' cinta membawa 'senyuman' kebahagiaan; excitement. Datangnya cinta bisa terjadi karena 'disengaja' maupun 'kebetulan'. Sebenarnya, tidak ada istilah 'kebetulan' itu karena segala sesuatu di semesta raya ini sudah diizinkan untuk terjadi; jadi, hanya 'istilah manusia' saja. 'Badai' cinta datang membawa sebuah perubahan; yang sedih atau patah hati menjadi ceria kembali, yang sudah putus pengharapan menjadi punya harapan lagi. Semua yang 'merah' menjadi 'biru'...!
Tapi yang juga sering terjadi adalah bahwa cinta datang seperti 'diboncengi' perasaan yang liar dan meledak-ledak. Lihatlah contoh di sekeliling kita, apalagi kehidupan mereka yang disebut artis! Bagi mereka, jatuh cinta seolah 'ladang proyek baru'. Mereka jatuh cinta dan 'mengumbar kemesraan yang panas dan (bahkan) meledak-ledak' ke khalayak umum; tanpa malu dan sungkan. Apa-apa yang seharusnya bersifat pribadi dan two-way interpersonal relationship dibuat menjadi 'konsumsi umum'. Mereka, entah sengaja atau tidak, bahkan melakukan hal-hal yang 'belum pantas' di depan masyarakat dengan rasa bangga yang amat sangat. Mereka lupa dan (sepertinya) tidak sadar bahwa mereka sudah 'terjerat' perasaan cinta yang 'membabi-buta'; mereka seperti kehilangan akal logika sehat dan nurani. Nafsu merekalah yang memimpin, sementara hati mereka terpenjara!
Dan, ketika cinta itu 'harus' memilih untuk berakhir, mereka jatuh dan larut dalam lautan kesedihan. Memang bukan mereka saja yang seperti itu; orang-orang yang jatuh cinta secara 'wajar' pun jika harus menghadapi kenyataan pahit semacam ini tentu akan merasakan jatuh dan sedih. Perbedaannya, mereka yang jatuh cinta dan menanggapi secara 'berlebihan', liar dan meledak-ledak biasanya akan lama diam dalam keterpurukan jika putus cinta; sementara bagi orang-orang yang menanggapi putusnya jalinan cinta secara 'wajar' akan cepat bangkit, survive dan membuka lembaran dan harapan baru - bahkan sangat cepat. Jadi bukan jatuh cintanya yang perlu berhati-hati, tapi penanggapannya!
So:
"Jatuh cinta yang ditanggapi secara tidak wajar hanya akan membawa kehidupan ke jurang kehancuran; dia akan cepat berlalu dan meninggalkan puing-puing reruntuhan jiwa yang hampa dan sia-sia. Jatuh cinta dengan tetap menjadi pribadi mulia akan menjadikan cinta yang dipunya menjadi lebih punya makna. Muliakanlah diri dan cinta dalam wadah yang dirahmati-Nya...."
Arif Budiman, S.S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar