Rabu, 09 Maret 2011

Mario Teguh Super Point 24 - Berdamai dengan Masa Lalu

"Janganlah merisaukan masa lalu,
dengan cara yang akan menjadikan
masa kini Anda,
sebagai masa yang akan Anda sesali
di masa depan.

Jika Anda tidak tegas membarukan sikap,
pikiran, dan tindakan Anda;
besar kemungkinan Anda hanya akan
mengulangi kesalahan yang sama.

Demi kasih sayang Tuhan kepada Anda,
jangan jadikan masa kini Anda
sebagai masa yang akan
Anda keluhkan nanti.

Please be kind to yourself."


Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880


"Masa lalu"; siapa yang tak punya masa lalu? Setiap orang memiliki masa lalu; entah itu suram atau menyenangkan, suka ataupun duka. Dan, satu yang pasti; masa lalu itu telah terjadi dan berlalu. Dia hanya menjadi catatan sejarah seorang hamba; apakah diukir dengan tinta emas atau perunggu. Dia pulalah yang menentukan 'warna' seseorang; apakah merah, hitam, biru, putih, ungu, kuning atau kelabu. 

Masa lalu adalah masa lalu; masa yang sebagian besar orang menganggap itu tabu dan tak perlu untuk diingat dan 'diresidu'. Padahal, masa lalu itu punya nama lain; pengalaman. Dia adalah 'tangan ajaib tak terlihat' pembentuk seseorang; karakteristik khas tertentu hingga membuat orang yang memilikinya menjadi 'sesosok yang sangat unik'. Mengetahui masa lalu seseorang berarti menyusuri atau 'trace back' kejadian-kejadian dalam lorong penembus ruang dan waktu dalam ranah hukum kausalitas yang 'berlaku' pada individu itu. 

Meski masa lalu tak lebih dari sekadar catatan sejarah individu, dia seharusnya tak perlu dibuat terlalu kelabu atau terlalu biru. Dia cukup 'dinikmati' dan dirasai lalu 'ditindaklanjuti'. Janganlah terlalu terpaku pada sesosok masa lalu yang menyeramkan karena berkemungkinan besar akan menghalangi seorang individu untuk 'mambangkik batang tarandam'; mengubah sesuatu yang musykil menjadi ril. Sebaliknya, jika terlalu terpaku pada sesosok masa lalu yang membiru akan membuat seorang individu jatuh ke dalam kubangan lumpur nostalgia indah masa lalu yang tak berkesudahan hingga lupa persiapan masa depan.

Sesungguhnya, jika kita mau sedikit menengok lebih ke dalam, ada secercah cahaya rahmat Tuhan yang terkandung dalam seonggok masa lalu. Dan, cahaya itu akan lebih besar jika sang masa lalu itu berwarna kelabu. Meski hati dan pikiran individu terecoki rasa 'penyesalan' dan/atau kesedihan akibat perbuatan sang masa lalu hingga menjadikan segala tindakannya terlihat 'asal-asalan', dibenci atau dimusuhi bahkan 'terlalu berlebihan' menurut sebagian besar orang; di dalamnya tersembunyi kekuatan 'alam' penakluk segala tantangan - jika benar-benar disadari dan dimanfaatkan. Kekuatan itu sudah lebih dari cukup untuk membalikkan segalanya! Yang diperlukan hanyalah perubahan; perubahan dalam sikap, pikiran, tindakan dan penerimaan diri!

"Biarlah semua mata memandang hina; biarlah semua telinga menutup suara mereka; biarlah semua mulut menyebut berjuta-juta perkataan cemoohan yang membuat hatimu terlecut dan berkerut! Senyumlah...! Lalu, biarkan sejarah yang berbicara! Biarkan sejarah yang mencatat dengan tinta permatanya akan sesosok hamba! Biarkan sejarah yang menceritakan tentang keagungan nama seorang hamba, kekasih Sang Perkasa, ke seluruh pelosok alam semesta hingga ke Kerajaan-Nya...! Lara yang kau rasa adalah permata hatimu, pembangun istanamu kelak di suatu masa yang abadi selamanya...!"




Arif Budiman, S.S. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar