Sabtu, 28 Mei 2011

Mario Teguh Super Point 38 - The Great Expectations

Harapan yang dalam
adalah pembentuk kerendahan hati
yang mudah menerima yang kecil
dan yang sederhana,
sebagai syarat bagi pencapaian
dari yang besar dan yang sulit.

Marilah kita memulai hari ini
dengan hati yang bebas
dalam berdoa,
dan tubuh yang bersegera
mengerjakan yang harus diselesaikan.

Marilah kita menemukan kegembiraan
dalam mencapai hasil-hasil kecil,
yang menuntun kepada keberhasilan besar.
Mario Teguh (Facebook)


Tidak ada manusia yang tidak punya harapan - entah itu besar atau kecil, sederhana atau complicated, 'sekedarnya' atau 'mendalam'. Namun, tak semua harapan itu yang menjadi kenyataan - sebagian besar malah menghilang ditelan Bumi. Atau, malah dibiarkan 'terbengkalai' - menjadi seonggok besi tua tak bermakna; tinggal nama.

Harapan adalah sesuatu yang membuat seseorang mencintai yang diharapkan - kelebihan dan kekurangannya, merasa khawatir bila tidak mendapatkannya dan berusaha mendapatkannya dengan segenap kemampuan yang ada*. Contohnya, bila seseorang mengharapkan datangnya jodoh dalam kehidupannya, dia akan sangat mencintai (orang) yang diharapkannya - memperlakukannya dengan sebaik-baiknya - agar orang yang diharapkan akan dimiliki suatu hari nanti. Segala usaha dilakukannya; terkadang malah yang belum seharusnya dilakukan. Harapan pada gilirannya menimbulkan obsesi (obsession), yaitu "a persistent disturbing preoccupation with an often unreasonable idea or feeling; broadly : compelling motivation (sebuah keasyikan yang membuat seseorang 'terganggu' secara terus-menerus  yang sering dibarengi dengan ide-ide atau perasaaan tidak masuk akal; secara luas diartikan sebagai motivasi 'penarik')**. Sementara angan-angan, adalah lawan dari harapan; hanya diharapkan atau dibayangkan tanpa adanya usaha yang sungguh-sungguh.

Dalam perjalanannya, sering kita mendapatkan 'hasil' yang tidak memuaskan; tidak sesuai dengan harapan yang kita 'dengung-dengungkan'. Entah itu berwujud sesuatu dengan ukuran dan nilai yang kecil atau orang dengan karakter yang tidak sesuai dengan 'syarat' yang kita impikan. Atau malah, kita sudah melakukan segalanya yang terbaik untuk mendapatkan 'harapan' yang terbaik; ternyata yang didapatkan adalah yang 'kualitasnya' di bawah. Bolehlah kita bersedih, kecewa, menangis.... Tapi, what next? Bukankah tidak semua harapan itu bisa menjadi kenyataan untuk dimiliki? Maka, sarannya adalah "harapkan yang terbaik; setelah didapatkan, terimalah (dengan ikhlas) apa adanya!". Rahasianya? Dari penerimaan kita terhadap apa yang 'tidak kita harapkan itu' akan menjadi pemantas kita untuk mendapatkan yang lebih besar dan lebih baik. Tetapi sebelum itu, kita sudah merasakan satu keuntungan yang sederhana, namun luar biasa: kebahagiaan dan kegembiraan serta 'plongnya' hati.







Arif Budiman, S.S.

 
* Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Perbedaan Harapan dan Angan-Angan. http://blog.re.or.id/perbedaan-angan-angan-dan-harapan.htm
**Anonymous, Meriam-Webster Free Online Dictionary Obsession. http://www.merriam-webster.com/dictionary/obsession

Tidak ada komentar:

Posting Komentar