"Janganlah membuat rencana yang kecil,
karena ia mudah dicapai, dan bahkan
pencapaiannya telah lama terbayang
sebelum Anda memulainya.
Itu sebabnya rencana kecil
tidak menyemangati Anda, dan
tidak akan menarik perhatian orang lain
untuk menjadikan Anda
sebagai pemimpin mereka.
Rencanakanlah pencapaian
dari hal-hal yang besar.
Lihatlah ke atas.
Hanya orang yang melihat ke atas
yang melihat jalan naik."
Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
Kali ini, Mario Teguh Super Point membahas mengenai "rencana". Kita tentu sudah tahu apa itu "rencana"; yang pasti, yang namanya "rencana" dibuat sebelum "tindakan". Tujuannya agar "tindakan" yang akan dilakukan nantinya akan berjalan sesuai dengan "yang seharusnya". Dengan menyusun "rencana", kita juga sudah menetapkan apa yang dibutuhkan, apa tujuan yang ingin dicapai dan langkah-langkah dalam mewujudkan tujuan. Tentu saja, semuanya harus well organized.
Dalam membuat rencana, kita dianjurkan berfokus kepada sesuatu yang besar; lebih besar dari yang biasa. Jika kita membuat rencana tentang hal-hal yang kecil, kita biasanya jauh lebih MUDAH mencapainya dan hasilnya bisa dilihat SAAT ITU JUGA. Membuat rencana-rencana kecil biasanya juga tidak menumbuhkan atau 'meng-enable' MOTIVASI dan SUGESTI yang merupakan dua energi 'raksasa' dalam setiap diri kita. Akibatnya sudah bisa ditebak, kita sudah bisa 'memastikan' hasilnya jauh sebelum kita melaksanakan bahkan merencanakan. Hal itu masih ditambah lagi dengan mandeg-nya sense of creativity, salah satu 'rahasia sukses' orang-orang besar. Rentetan akibat selanjutnya adalah - seperti yang sudah diungkap Bapak Mario - tidak akan menarik perhatian orang sama sekali (karena sudah lumrah alias lazim) sehingga tidak 'pantas' untuk dijadikan contoh teladan atau pimpinan.
Sebaliknya, membuat rencana-rencana yang besar akan membuat kita TERTANTANG untuk mewujudkannya; apalagi bila semua orang di sekitar 'petantang-petenteng' men-judge kalau hal-hal itu impossible untuk dicapai. Fokus, motivasi dan sugesti akan aktif; kreativitas pun akan berkobar. Kegagalan dalam mencapainya justru akan menjadi senjata dan amunisi tambahan untuk kembali bangkit dan bangkit atas nama sesuatu; PEMBUKTIAN. Jika pun harus 'gatot' alias gagal total hasil dari pengerahan segala daya dan upaya A hingga Z, itu akan melambungkan nama baik kita - bak seorang 'pahlawan'. Setidaknya, kita adalah "the first (yang pertama)" dan bukan "the better (yang lebih baik)" ataupun "the best (yang terbaik)". Dalam ilmu bisnis - seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mario, "yang pertama" tidak akan mungkin bisa dikalahkan oleh "yang lebih baik" apalagi "yang terbaik". Tahu kenapa? Ya, karena sebelum ada dua terakhir, tentu ada "yang pertama". Dengan kata lain: "Jika harus jatuh, jatuhlah yang besar karena daya lambungnya akan jauh lebih besar".
Sebagai tambahan, dalam membuat rencana (yang besar) kita juga bisa menerapkan konsep "Analisis SWOT"; meskipun sudah biasa diterapkan dalam perusahaan atau organisasi; Strength (kelebihan), Weaknesses (kelemahan/kekurangan), Opportunities (kesempatan/peluang) dan Threats (ancaman/tantangan). Untuk lebih jelasnya, silahkan baca artikelnya di sini: http://aguswibisono.com/2010/analisis-swot-strength-weakness-opportunity-threat/. Dalam eksekusi atau pelaksanaannya, pakailah "Kacamata Kuda" ala Bapak Mario Teguh (dapat dilihat videonya di http://metrotvnews.com/read/newsprograms/2011/01/30/8118/187/Kacamata-Kuda). Konsep "Kacamata Kuda" ini secara garis besar adalah FOKUS, fokus terhadap yang membesarkan kita dengan rencana-rencana besar yang telah kita buat dan abai kepada hal-hal yang membuat kita lalai, terlena atau bahkan 'menoleh kembali ke belakang'.
Salam super untuk semuanya....!
http://stat.ks.kidsklik.com/files/2010/01/rencana-dan-evaluasi.png
Arif Budiman, S.S.
Senin, 31 Januari 2011
Sabtu, 29 Januari 2011
Mario Teguh Super Point 5 - Menjadi Diri Sendiri
"“Jadilah dirimu sendiri”
adalah anjuran yang harus disikapi
dengan berhati-hati.
Jika selama ini diri kita adalah
Pribadi Nanti,
yang lebih suka menunda,
atau Pribadi Seandainya,
yang suka menelantarkan yang nyata
untuk yang seandainya,
maka menjadi diri sendiri
hanya akan melanjutkan
kelemahan hidup.
“Jadilah dirimu yang lebih baik”
adalah anjuran yang lebih sesuai
bagi kehidupan yang lebih baik."
Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
Pada postingan kali ini, saya akan sedikit mengulas 'status' Bapak Mario Teguh tentang "Menjadi Diri Sendiri". Sudah biasa kita mendengar dan membaca bahwa 'menjadi diri sendiri (be yourself) itu sangatlah positif. Bahkan, banyak orang yang menjadikannya 'filosofi hidup'. Entah mereka paham maksudnya atau tidak, yang jelas 'frase' ini sangat mudah untuk dibaca. Setidaknya - kata mereka pula - frase ini cool bangetzzzz.....
Tapi, yang diangkat oleh Bapak Mario bukanlah 'makna yang biasa'; sisi makna lain dari frase ini. "Menjadi diri sendiri" dalam artian "tetap menjadi diri yang apa adanya dari dulu hingga kini" alias "tidak berubah (sama sekali)" sama saja merugi. Dari waktu ke waktu, dia tetap seperti dia sekarang yang sering dikeluhkesahkannya TANPA ada daya-upaya plus sugesti (kekuatan pikiran, begitu kata Mas Romi Rafael) untuk menjadikan hidupnya lebih baik. Dia lebih suka menyalahkan keadaan, bahkan orang lain. Maka, frase "menjadi diri sendiri" dalam artian seperti ini tidak akan membawa manfaat apa-apa; istilahnya untuk zaman sekarang jadul man....!
Begitu pula jika artinya "pribadi yang suka menunda" alias Pribadi Nanti. Bapak Mario pernah berkata bahwa kekuatan 'inhibitor' terbesar di diri kita itu adalah kekuatan untuk menunda; menunda segala sesuatu. "Nanti deh..." atau "Besok deh..." adalah ungkapan-ungkapan yang seringkali keluar dari lidah, padahal saat itu dia masih punya kesempatan/peluang/waktu. Akhirnya, dia menyesal tidak melakukan apa yang seharusnya sudah dia lakukan di masa lalu karena di masa kini, dia sudah tidak punya waktu/kesempatan/peluang lagi. Mungkin, kita harus kembali pada pepatah Wong Kulon zadul tapi top; "Don't wait till tomorrow what you can do today!". Atau, bagi yang pengen sedikit 'religius'; "Ingatlah yang lima (perkara) sebelum datang yang lima (perkara)"...!
Hal yang sama juga berlaku bagi Pribadi Seandainya. Inilah 'pribadi-pribadi' yang suka 'berandai-andai', menerawang terlalu jauh, terlalu 'liar' dalam alam pikirannya sendiri yang tak terbatas hingga lalai dan terbuai. Memang, 'berimajinasi' - menurut Mamak Albert Einstein - adalah sesuatu yang positif; kata Beliau: "Start everything from your imagination" - begitulah kira-kira. Dari imajinasi akan timbul sugesti yang kuat untuk mewujudkannya dalam usaha, doa dan tawakal. Contohnya, sejak dahulu orang ingin sekali bisa terbang seperti burung; sejak saat itu, berbagai usaha dilakukan hingga memakan korban jiwa. Tapi, mereka yang punya sugesti, visi dan misi sekuat - bahkan jauh lebih kuat dari baja atau logam terkuat di dunia (adamantium miliknya Mas Wolverine) terus berusaha pantang menyerah karena haqqul yaqin bahwa - suatu saat - PASTI berhasil. Sekarang, kita sudah melihat hasilnya; bahkan jauh lebih hebat dari yang pernah dibayangkan sebelumnya bahkan yang belum pernah terlintas dalam benak para pionir tersebut. "Menjadi diri sendiri yang hanya suka berandai-andai hingga kelewat batas" jelas sangat kontraproduktif.
Intinya, PERUBAHAN atau HIJRAH. Berubah atau hijrah dari pribadi yang suka 'berandai-andai' menjadi yang punya sugesti dan keyakinan yang luar biasa (hingga mampu memecahkan sebuah gelas; jadi ingat acara "It's Your Time" di MetroTV semalam tanggal 29 Januari 2011). Berubah atau hijarah dari pribadi yang suka menunda-nunda apa yang bisa dikerjakan hari ini menjadi yang suka melakukan segalanya on time, bahkan di saat kepepet pun 'diubah' menjadi sebuah 'mahakarya'. Sekarang terserah kepada kita: mau memilih yang mana?
Arif Budiman, S.S.
adalah anjuran yang harus disikapi
dengan berhati-hati.
Jika selama ini diri kita adalah
Pribadi Nanti,
yang lebih suka menunda,
atau Pribadi Seandainya,
yang suka menelantarkan yang nyata
untuk yang seandainya,
maka menjadi diri sendiri
hanya akan melanjutkan
kelemahan hidup.
“Jadilah dirimu yang lebih baik”
adalah anjuran yang lebih sesuai
bagi kehidupan yang lebih baik."
Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
Pada postingan kali ini, saya akan sedikit mengulas 'status' Bapak Mario Teguh tentang "Menjadi Diri Sendiri". Sudah biasa kita mendengar dan membaca bahwa 'menjadi diri sendiri (be yourself) itu sangatlah positif. Bahkan, banyak orang yang menjadikannya 'filosofi hidup'. Entah mereka paham maksudnya atau tidak, yang jelas 'frase' ini sangat mudah untuk dibaca. Setidaknya - kata mereka pula - frase ini cool bangetzzzz.....
Tapi, yang diangkat oleh Bapak Mario bukanlah 'makna yang biasa'; sisi makna lain dari frase ini. "Menjadi diri sendiri" dalam artian "tetap menjadi diri yang apa adanya dari dulu hingga kini" alias "tidak berubah (sama sekali)" sama saja merugi. Dari waktu ke waktu, dia tetap seperti dia sekarang yang sering dikeluhkesahkannya TANPA ada daya-upaya plus sugesti (kekuatan pikiran, begitu kata Mas Romi Rafael) untuk menjadikan hidupnya lebih baik. Dia lebih suka menyalahkan keadaan, bahkan orang lain. Maka, frase "menjadi diri sendiri" dalam artian seperti ini tidak akan membawa manfaat apa-apa; istilahnya untuk zaman sekarang jadul man....!
Begitu pula jika artinya "pribadi yang suka menunda" alias Pribadi Nanti. Bapak Mario pernah berkata bahwa kekuatan 'inhibitor' terbesar di diri kita itu adalah kekuatan untuk menunda; menunda segala sesuatu. "Nanti deh..." atau "Besok deh..." adalah ungkapan-ungkapan yang seringkali keluar dari lidah, padahal saat itu dia masih punya kesempatan/peluang/waktu. Akhirnya, dia menyesal tidak melakukan apa yang seharusnya sudah dia lakukan di masa lalu karena di masa kini, dia sudah tidak punya waktu/kesempatan/peluang lagi. Mungkin, kita harus kembali pada pepatah Wong Kulon zadul tapi top; "Don't wait till tomorrow what you can do today!". Atau, bagi yang pengen sedikit 'religius'; "Ingatlah yang lima (perkara) sebelum datang yang lima (perkara)"...!
Hal yang sama juga berlaku bagi Pribadi Seandainya. Inilah 'pribadi-pribadi' yang suka 'berandai-andai', menerawang terlalu jauh, terlalu 'liar' dalam alam pikirannya sendiri yang tak terbatas hingga lalai dan terbuai. Memang, 'berimajinasi' - menurut Mamak Albert Einstein - adalah sesuatu yang positif; kata Beliau: "Start everything from your imagination" - begitulah kira-kira. Dari imajinasi akan timbul sugesti yang kuat untuk mewujudkannya dalam usaha, doa dan tawakal. Contohnya, sejak dahulu orang ingin sekali bisa terbang seperti burung; sejak saat itu, berbagai usaha dilakukan hingga memakan korban jiwa. Tapi, mereka yang punya sugesti, visi dan misi sekuat - bahkan jauh lebih kuat dari baja atau logam terkuat di dunia (adamantium miliknya Mas Wolverine) terus berusaha pantang menyerah karena haqqul yaqin bahwa - suatu saat - PASTI berhasil. Sekarang, kita sudah melihat hasilnya; bahkan jauh lebih hebat dari yang pernah dibayangkan sebelumnya bahkan yang belum pernah terlintas dalam benak para pionir tersebut. "Menjadi diri sendiri yang hanya suka berandai-andai hingga kelewat batas" jelas sangat kontraproduktif.
Intinya, PERUBAHAN atau HIJRAH. Berubah atau hijrah dari pribadi yang suka 'berandai-andai' menjadi yang punya sugesti dan keyakinan yang luar biasa (hingga mampu memecahkan sebuah gelas; jadi ingat acara "It's Your Time" di MetroTV semalam tanggal 29 Januari 2011). Berubah atau hijarah dari pribadi yang suka menunda-nunda apa yang bisa dikerjakan hari ini menjadi yang suka melakukan segalanya on time, bahkan di saat kepepet pun 'diubah' menjadi sebuah 'mahakarya'. Sekarang terserah kepada kita: mau memilih yang mana?
Arif Budiman, S.S.
Selasa, 25 Januari 2011
Cinta - Sebuah Kontemplasi Makna [bagian 02]
CINTA vs LOGIKA
Secara kasat mata, cinta dan logika itu emang 'musuhan'....(dan lumrah dialami oleh mereka yang belum memiliki 'kematangan' dalam hidup; contohnya remaja, terutama yang baru saja 'menginjak usia belasan tahun')
Tapi bagi orang yang punya planning alias visi (dan misi) yang jauh ke depan, cinta dan logika adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan....
"Cinta" menerangi hati, jalan hidup serta sebagai anugerah Sang Pencipta; "Logika" juga menjadi pelita hati, penerang jalan, penentu mana yang benar dan mana yang salah (disinilah letak perbedaan sesungguhnya)...
Contoh: jika Anda 'jatuh cinta' pada seorang (maaf) pramuria (dan begitu pula sebaliknya); Anda satu trilyun persen memang tidak salah karena perasaan cinta itu adalah anugerah - kata Wong Kulon "Love is blind (Cinta itu buta, Man)", tapi jika Anda menggunakan logika maka ceritanya akan menjadi 'lain' karena Anda akan bisa memutuskan apakah Anda bersedia menikahinya atau tidak - jika dia tetap seperti keadaannya (dan untuk seterusnya seperti itu) sementara Anda ingin (baca: ngotot) menikahinya, apakah Anda mau mempunyai 'keturunan' dari laki-laki lain yang jelas-jelas BUKAN suaminya dan akan menjadi 'aib tersendiri' bagi Anda? Sebaliknya, jika dia ikhlas bertobat dan Anda mau menerima keadaannya plus 'masa lalunya' dengan apa adanya, apakah Anda akan konsisten dalam membimbingnya di jalan yang benar? (Ingat: Laki-laki adalah pemimpin dan penentu baik-buruknya garis keturunan karena menurut ilmu genetika, laki-laki 'satu-satunya makhluk' yang memiliki kromosom X dan Y - sementara perempuan hanya memiliki kromosom X).
Dengan kata lain, "cinta" adalah INSPIRASI UNTUK BERBUAT sementara "logika" adalah DECISION MAKER-nya.
Arif Budiman, S.S.
25 Januari 2011
Secara kasat mata, cinta dan logika itu emang 'musuhan'....(dan lumrah dialami oleh mereka yang belum memiliki 'kematangan' dalam hidup; contohnya remaja, terutama yang baru saja 'menginjak usia belasan tahun')
Tapi bagi orang yang punya planning alias visi (dan misi) yang jauh ke depan, cinta dan logika adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan....
"Cinta" menerangi hati, jalan hidup serta sebagai anugerah Sang Pencipta; "Logika" juga menjadi pelita hati, penerang jalan, penentu mana yang benar dan mana yang salah (disinilah letak perbedaan sesungguhnya)...
Contoh: jika Anda 'jatuh cinta' pada seorang (maaf) pramuria (dan begitu pula sebaliknya); Anda satu trilyun persen memang tidak salah karena perasaan cinta itu adalah anugerah - kata Wong Kulon "Love is blind (Cinta itu buta, Man)", tapi jika Anda menggunakan logika maka ceritanya akan menjadi 'lain' karena Anda akan bisa memutuskan apakah Anda bersedia menikahinya atau tidak - jika dia tetap seperti keadaannya (dan untuk seterusnya seperti itu) sementara Anda ingin (baca: ngotot) menikahinya, apakah Anda mau mempunyai 'keturunan' dari laki-laki lain yang jelas-jelas BUKAN suaminya dan akan menjadi 'aib tersendiri' bagi Anda? Sebaliknya, jika dia ikhlas bertobat dan Anda mau menerima keadaannya plus 'masa lalunya' dengan apa adanya, apakah Anda akan konsisten dalam membimbingnya di jalan yang benar? (Ingat: Laki-laki adalah pemimpin dan penentu baik-buruknya garis keturunan karena menurut ilmu genetika, laki-laki 'satu-satunya makhluk' yang memiliki kromosom X dan Y - sementara perempuan hanya memiliki kromosom X).
Dengan kata lain, "cinta" adalah INSPIRASI UNTUK BERBUAT sementara "logika" adalah DECISION MAKER-nya.
Arif Budiman, S.S.
25 Januari 2011
Senin, 24 Januari 2011
Cinta - Sebuah Kontemplasi Makna [bagian 01]
"Cinta adalah misteri.... Cinta adalah karunia.... Cinta adalah setumpuk perasaan yang membuatmu menjadi 'tampil beda dari biasanya'.... Cinta memberimu segalanya - semangat untuk bertahan hidup, inspirasi kreativitas tingkat tinggi bahkan mampu memperkaya hatimu.... Namun, cinta bisa pula membutakan; membutakan apapun, bahkan mata hatimu yang terdalam sang penyuara kebenaran sejati.... Pasangkan dia dengan akal sehatmu..., sehingga cinta yang kau miliki akan sempurna membahagiakanmu... SELAMANYA...."
Sabtu, 15 Januari 2011
Mario Teguh Super Point 4 - Ketegasan
"Engkau tak akan sampai
pada kedamaian hati
dan kebebasan tawa mu,
selama sikap mu dan
yang kau lakukan itu,
lebih kecil daripada cita-citamu.
Selama engkau tak tegas,
engkau akan tetap gelisah.
Engkau akan selalu merasa
dikejar sesuatu
yang mencemaskan mu,
saat engkau juga merasa
mengejar sesuatu yang tak jelas.
Tegaslah.
Segera lakukan yang harus kau lakukan.
Ketegasanmu menentukan kedamaianmu.
Mario Teguh"
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
"Ketegasan", itulah topik Mario Teguh Super Point yang saya angkat pada edisi kali ini. Sebuah kata yang mudah diucapkan, tapi kenyataannya sering sulit untuk dilakukan. Apakah dia 'terhalang' oleh adat, kesopanan atau norma-norma lainnya. Tapi, dia harus dilakukan....
Ketegasan memiliki arti penting dalam kehidupan. Seperti kata orang bijak, "Life is about choices"; hidup adalah pilihan. Setiap pilihan memerlukan ketegasan dalam memilih dan melaksanakannya. Soal resiko? Itu sudah biasa; tidak ada satu pekerjaan pun di dunia ini yang bebas dari resiko - masalahnya hanya pada besar atau kecilnya.
Ketegasan memiliki makna kesungguhan atau kemantapan hati yang diiringi dengan perasaan optimis, motivated/inspired sekaligus pengharapan yang besar akan dikabulkan oleh Tuhan. Ketegasan akan melahirkan jiwa-jiwa yang punya semangat yang terus-menerus berkobar untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan dalam usaha. Ketegasan juga akan melahirkan perasaan pantang menyerah dan kerelaan berkorban - apapun itu. Pun ketegasan juga akan membuat seseorang menjadi 'tidak sabaran' - segera bertindak atau berbuat. Now or never!
Tapi, kebanyakan orang cenderung akan 'surut' jika ditimpakan ujian atau cobaan - entahlah itu eksternal maupun internal. Konflik-konflik psikologis seperti ini sering dijadikan 'alasan alias kambing hitam' gagalnya sebuah cita-cita luhur atau mulia. Padahal, ujian atau cobaan itu adalah salah satu 'cara' Tuhan untuk menunjukkan kasih sayang-Nya, seolah-olah Dia berkata "Apa benar engkau menginginkan hal itu?" Jika dia tegas, maka lambat-laun akan tercapai. Masalahnya hanya pada waktu.
Ketegasan adalah pula pemaksa; pemaksa yang punya cita-cita untuk segera bertindak sesuai rencana dan 'alokasi waktu' pencapaian target. Jikalau belum tercapai, semangat akan terus menyala menemukan cara-cara yang lebih baik dan 'mengeksekusinya' dalam perbuatan. Jika sudah berhasil, puji syukur pun akan terlahir dari mulut, hati dan jiwa yang tegas tersebut.
Ketegasan melahirkan kedamaian hati sekaligus 'cadangan semangat yang besar'. Sebaliknya, ketidaktegasan akan membuat wujud 'hantu' yang akan selalu mengejar dan mengusir kedamaian itu dari hati. Ketegasan tidak bertentangan dengan norma apapun. Ketegasan adalah cahaya hati para insan pilihan....
Arif Budiman, S.S.
pada kedamaian hati
dan kebebasan tawa mu,
selama sikap mu dan
yang kau lakukan itu,
lebih kecil daripada cita-citamu.
Selama engkau tak tegas,
engkau akan tetap gelisah.
Engkau akan selalu merasa
dikejar sesuatu
yang mencemaskan mu,
saat engkau juga merasa
mengejar sesuatu yang tak jelas.
Tegaslah.
Segera lakukan yang harus kau lakukan.
Ketegasanmu menentukan kedamaianmu.
Mario Teguh"
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
"Ketegasan", itulah topik Mario Teguh Super Point yang saya angkat pada edisi kali ini. Sebuah kata yang mudah diucapkan, tapi kenyataannya sering sulit untuk dilakukan. Apakah dia 'terhalang' oleh adat, kesopanan atau norma-norma lainnya. Tapi, dia harus dilakukan....
Ketegasan memiliki arti penting dalam kehidupan. Seperti kata orang bijak, "Life is about choices"; hidup adalah pilihan. Setiap pilihan memerlukan ketegasan dalam memilih dan melaksanakannya. Soal resiko? Itu sudah biasa; tidak ada satu pekerjaan pun di dunia ini yang bebas dari resiko - masalahnya hanya pada besar atau kecilnya.
Ketegasan memiliki makna kesungguhan atau kemantapan hati yang diiringi dengan perasaan optimis, motivated/inspired sekaligus pengharapan yang besar akan dikabulkan oleh Tuhan. Ketegasan akan melahirkan jiwa-jiwa yang punya semangat yang terus-menerus berkobar untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan dalam usaha. Ketegasan juga akan melahirkan perasaan pantang menyerah dan kerelaan berkorban - apapun itu. Pun ketegasan juga akan membuat seseorang menjadi 'tidak sabaran' - segera bertindak atau berbuat. Now or never!
Tapi, kebanyakan orang cenderung akan 'surut' jika ditimpakan ujian atau cobaan - entahlah itu eksternal maupun internal. Konflik-konflik psikologis seperti ini sering dijadikan 'alasan alias kambing hitam' gagalnya sebuah cita-cita luhur atau mulia. Padahal, ujian atau cobaan itu adalah salah satu 'cara' Tuhan untuk menunjukkan kasih sayang-Nya, seolah-olah Dia berkata "Apa benar engkau menginginkan hal itu?" Jika dia tegas, maka lambat-laun akan tercapai. Masalahnya hanya pada waktu.
Ketegasan adalah pula pemaksa; pemaksa yang punya cita-cita untuk segera bertindak sesuai rencana dan 'alokasi waktu' pencapaian target. Jikalau belum tercapai, semangat akan terus menyala menemukan cara-cara yang lebih baik dan 'mengeksekusinya' dalam perbuatan. Jika sudah berhasil, puji syukur pun akan terlahir dari mulut, hati dan jiwa yang tegas tersebut.
Ketegasan melahirkan kedamaian hati sekaligus 'cadangan semangat yang besar'. Sebaliknya, ketidaktegasan akan membuat wujud 'hantu' yang akan selalu mengejar dan mengusir kedamaian itu dari hati. Ketegasan tidak bertentangan dengan norma apapun. Ketegasan adalah cahaya hati para insan pilihan....
Arif Budiman, S.S.
Selasa, 11 Januari 2011
Road to the Dream Come True 01
Jumat, 7 Januari 2011
Aku berangkat ke Duri untuk menghadiri undangan (siriah) baralek gadang (pernikahan) salah seorang dunsanak (keluarga). Kendaraannya sebuah 'mobil operasional' Masjid Tawakkal, Jorong Lurah Ateh Magek. Ramai sekali; full satu kendaraan patas travel ini - 18 orang besar-kecil, tua-muda, pria-wanita.
Perjalanannya sendiri cukup mengesankan, walaupun berangkatnya 'molor' satu jam (08:00 WBBI). Untuk yang pertama kalinya setelah empat tahun lebih berselang 'absen'....! Sayang agak sedikit 'ternoda' gara-gara jalan 'amburadul' di Petapahan.
Jam 17:00. "Kereta pagi" sampai di tujuannya. Agak telat memang; Jumatan dulu di Mesjid At Taqwa Kompleks Batalyon Infanteri 132/Bima Sakti Bangkinang, Riau. Pertama lagi shalat di sana. Setelahnya, acara ramah-tamah dengan sang 'tuan rumah' lalu shalat Ashar dan Maghrib. Next? Pekerjaan paling enak di dunia; mengisi tanki "koto tangah".
Pukul 20:00. Ini dia, acara yang ditunggu-tunggu; apalagi kalau bukan 'baralek'nya. But, wait a minute! Nikahnya belum, Da!
Nah, setelah shalat Isya, it's the time for the show! Diawali dengan 'pengajian' dengan topik seputar pernikahan lalu diteruskan dengan 'acara inti' oleh Pak KUA. Well, 'prosesinya' sangat mengesankan - ada lawakannya lagi. But, in general, prosedurnya sama (mungkin) dengan yang biasa (baca: versi "SOP")
Kesimpulan:
Hari ini, aku diberi 'kesempatan emas' oleh Tuhan untuk pertama kalinya menjadi eyewitness prosesi akad nikah - sesuatu yang selama ini sangat kudambakan. Apa yang harus dilakukan, apa yang harus dibaca, urutan acaranya - semuanya! Dan, kuanggap ini sebagai 'pelengkap pengalaman berharga' karena dua minggu sebelumnya di kampung, aku 'ikut serta' dalam acara 'basutando + manantui hari'. Yang jelas, dua-duanya sama: milik orang lain!
Yah..., kapan aku bisa mengalami kedua hal yang membahagiakan itu? Iri sekali aku melihat kedua mempelai 'mesra sekali' hari ini. Gila! Imajinasi itu datang lagi - dan itu membuatku tersenyum seorang diri. 'Celakanya' lagi, apakah 'gadis impianku' semuanya Bunga Larangan - sesuatu perasaan yang kurasakan saat memasuki kota ini kembali? Belum berakhirkah?
Krakatau Camp, Caltex Duri
PS: Salam sayang buat "Si Merah-ku"; I miss u, babe!
Aku berangkat ke Duri untuk menghadiri undangan (siriah) baralek gadang (pernikahan) salah seorang dunsanak (keluarga). Kendaraannya sebuah 'mobil operasional' Masjid Tawakkal, Jorong Lurah Ateh Magek. Ramai sekali; full satu kendaraan patas travel ini - 18 orang besar-kecil, tua-muda, pria-wanita.
Perjalanannya sendiri cukup mengesankan, walaupun berangkatnya 'molor' satu jam (08:00 WBBI). Untuk yang pertama kalinya setelah empat tahun lebih berselang 'absen'....! Sayang agak sedikit 'ternoda' gara-gara jalan 'amburadul' di Petapahan.
Jam 17:00. "Kereta pagi" sampai di tujuannya. Agak telat memang; Jumatan dulu di Mesjid At Taqwa Kompleks Batalyon Infanteri 132/Bima Sakti Bangkinang, Riau. Pertama lagi shalat di sana. Setelahnya, acara ramah-tamah dengan sang 'tuan rumah' lalu shalat Ashar dan Maghrib. Next? Pekerjaan paling enak di dunia; mengisi tanki "koto tangah".
Pukul 20:00. Ini dia, acara yang ditunggu-tunggu; apalagi kalau bukan 'baralek'nya. But, wait a minute! Nikahnya belum, Da!
Nah, setelah shalat Isya, it's the time for the show! Diawali dengan 'pengajian' dengan topik seputar pernikahan lalu diteruskan dengan 'acara inti' oleh Pak KUA. Well, 'prosesinya' sangat mengesankan - ada lawakannya lagi. But, in general, prosedurnya sama (mungkin) dengan yang biasa (baca: versi "SOP")
Kesimpulan:
Hari ini, aku diberi 'kesempatan emas' oleh Tuhan untuk pertama kalinya menjadi eyewitness prosesi akad nikah - sesuatu yang selama ini sangat kudambakan. Apa yang harus dilakukan, apa yang harus dibaca, urutan acaranya - semuanya! Dan, kuanggap ini sebagai 'pelengkap pengalaman berharga' karena dua minggu sebelumnya di kampung, aku 'ikut serta' dalam acara 'basutando + manantui hari'. Yang jelas, dua-duanya sama: milik orang lain!
Yah..., kapan aku bisa mengalami kedua hal yang membahagiakan itu? Iri sekali aku melihat kedua mempelai 'mesra sekali' hari ini. Gila! Imajinasi itu datang lagi - dan itu membuatku tersenyum seorang diri. 'Celakanya' lagi, apakah 'gadis impianku' semuanya Bunga Larangan - sesuatu perasaan yang kurasakan saat memasuki kota ini kembali? Belum berakhirkah?
Krakatau Camp, Caltex Duri
PS: Salam sayang buat "Si Merah-ku"; I miss u, babe!
Rabu, 05 Januari 2011
Mario Teguh Super Point 3 - Optimistis terhadap Masa Depan
"Berlakulah lebih bijak dalam
keraguan Anda mengenai masa depan.
Ketidak-pastian masa depan
telah menundukkan banyak jiwa
yang sejatinya hebat,
dan meracuninya dengan dugaan buruk
mengenai kesulitan yang akan terjadi.
Dan saat yang mereka duga itu datang,
mereka panik dan menyalahkan
ketidak-adilan hidup.
Tidak menyiapkan diri saat merasa khawatir
adalah pintu masuk menuju hidup yang gelisah."
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat Al Quran yang kira-kira terjemahannya sebagai berikut: "Sesungguhnya Aku bagaimana (pandangan) hamba-Ku kepada-Ku; jika mereka anggap baik, maka baiklah...."
Ayat di atas mengajarkan kepada umat manusia, tanpa kecuali, agar selalu optimistis dan berbaik sangka (huznuzhan) kepada Allah; terlepas apakah yang akan terjadi itu baik atau buruk (pandangan manusia). Jika yang terjadi kemudian itu baik - dalam arti 'sesuai' dengan apa yang diharapkan, maka hal itu adalah karunia. Sebaliknya, jika yang terjadi itu jelek atau tidak 'sesuai' dengan yang diharapkan, maka hal itu juga adalah karunia 'dalam bentuk lain'. Baik kejadian baik atau buruk adalah rahmat-Nya karena mengandung banyak i'tibar (pelajaran) di dalamnya. Oleh karena itu, kita sebagai umat dan wali-Nya di muka bumi wajib mensyukurinya.
Memang, banyak diantara kita yang hanya mau bersyukur di kala mendapatkan hal-hal yang baik dan cenderung 'menyalahkan keadaan' di kala mendapatkan yang tidak baik (baca: tidak sesuai dengan keinginan). Sebab, mungkin saja Dia punya rencana lain yang 'jauh lebih besar atau lebih baik' pada waku yang akan datang yang tentu saja tidak akan 'terpenuhi' jika Dia memberikan 'apa yang diminta' pada saat itu. Atau, mungkin yang 'meminta' belum memiliki kepantasan untuk menerima karunia yang diharapkan. Artinya, yang 'meminta' seharusnya bersyukur karena mendapatkan waktu dan kesempatan dalam - seperti yang selalu disampaikan oleh Bapak Mario Teguh - proses 'memantaskan' diri mendapatkan 'keagungan' dan cita-cita yang didambakan.
Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan untuk 'memantaskan diri' tersebut? Jawabannya ada tiga. Ketiganya adalah suatu rangkaian proses yang tak terpisahkan dan selalu berulang, seperti layaknya lingkaran 'segitiga' - Segitiga Bermuda untuk Sukses Masa Depan:
Pertama, berdoalah dengan segenap jiwa, keikhlasan, keyakinan dan optimisme. Akan lebih bagus lagi 'memelas sendu' karena Dia sangat 'mendambakan' hal itu dari umat-Nya. Seolah-olah Dia berkata dengan segala ke-Maha Pengasih dan Penyayang-Nya; "Apa yang kau rasakan, wahai hamba-Ku? Kemarilah, sayang! Katakan saja kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permintaanmu (ud'uni astajib lakum)".
Kedua, berusahalah dengan sungguh-sungguh. Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum (atau seseorang) sebelum dia merubah nasibnya terlebih dahulu. Seperti yang disampikan oleh Bapak Mario Teguh, berusaha tanpa adanya perencanaan sungguh 'menyesatkan'. Usaha harus dilakukan dengan perencanaan dan action; keduanya berdasarkan alokasi waktu dan apa yang harus dilakukan (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang). Satu hal yang sangat penting untuk diingat; jangan pernah menunda. Kata orang Kulon (eh..., Barat); "Don't wait till tomorrow what you can do today (= Jangan tunda sampai esok apa yang dapat Anda kerjakan pada hari ini)" dan "Time is money (= Waktu adalah uang)". Waktu itu juga irreversible alias tidak bisa dimundurkan dan tidak bisa pula dimajukan. Belajarlah dari segala yang terjadi!
Ketiga, ikhlaslah dalam menerima hasil yang didapat; 'sementara' atau 'hasil akhir'. Kembali ke awal pembicaraan di atas; jika berhasil bersyukurlah, jika belum bersyukurlah dan temukanlah cara-cara yang lebih baik sambil terus optimis.
Sumber:
http://arran.files.wordpress.com/2009/07/optimism_2.jpg?w=300&h=224
Arif Budiman, S.S.
keraguan Anda mengenai masa depan.
Ketidak-pastian masa depan
telah menundukkan banyak jiwa
yang sejatinya hebat,
dan meracuninya dengan dugaan buruk
mengenai kesulitan yang akan terjadi.
Dan saat yang mereka duga itu datang,
mereka panik dan menyalahkan
ketidak-adilan hidup.
Tidak menyiapkan diri saat merasa khawatir
adalah pintu masuk menuju hidup yang gelisah."
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat Al Quran yang kira-kira terjemahannya sebagai berikut: "Sesungguhnya Aku bagaimana (pandangan) hamba-Ku kepada-Ku; jika mereka anggap baik, maka baiklah...."
Ayat di atas mengajarkan kepada umat manusia, tanpa kecuali, agar selalu optimistis dan berbaik sangka (huznuzhan) kepada Allah; terlepas apakah yang akan terjadi itu baik atau buruk (pandangan manusia). Jika yang terjadi kemudian itu baik - dalam arti 'sesuai' dengan apa yang diharapkan, maka hal itu adalah karunia. Sebaliknya, jika yang terjadi itu jelek atau tidak 'sesuai' dengan yang diharapkan, maka hal itu juga adalah karunia 'dalam bentuk lain'. Baik kejadian baik atau buruk adalah rahmat-Nya karena mengandung banyak i'tibar (pelajaran) di dalamnya. Oleh karena itu, kita sebagai umat dan wali-Nya di muka bumi wajib mensyukurinya.
Memang, banyak diantara kita yang hanya mau bersyukur di kala mendapatkan hal-hal yang baik dan cenderung 'menyalahkan keadaan' di kala mendapatkan yang tidak baik (baca: tidak sesuai dengan keinginan). Sebab, mungkin saja Dia punya rencana lain yang 'jauh lebih besar atau lebih baik' pada waku yang akan datang yang tentu saja tidak akan 'terpenuhi' jika Dia memberikan 'apa yang diminta' pada saat itu. Atau, mungkin yang 'meminta' belum memiliki kepantasan untuk menerima karunia yang diharapkan. Artinya, yang 'meminta' seharusnya bersyukur karena mendapatkan waktu dan kesempatan dalam - seperti yang selalu disampaikan oleh Bapak Mario Teguh - proses 'memantaskan' diri mendapatkan 'keagungan' dan cita-cita yang didambakan.
Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan untuk 'memantaskan diri' tersebut? Jawabannya ada tiga. Ketiganya adalah suatu rangkaian proses yang tak terpisahkan dan selalu berulang, seperti layaknya lingkaran 'segitiga' - Segitiga Bermuda untuk Sukses Masa Depan:
Pertama, berdoalah dengan segenap jiwa, keikhlasan, keyakinan dan optimisme. Akan lebih bagus lagi 'memelas sendu' karena Dia sangat 'mendambakan' hal itu dari umat-Nya. Seolah-olah Dia berkata dengan segala ke-Maha Pengasih dan Penyayang-Nya; "Apa yang kau rasakan, wahai hamba-Ku? Kemarilah, sayang! Katakan saja kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permintaanmu (ud'uni astajib lakum)".
Kedua, berusahalah dengan sungguh-sungguh. Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum (atau seseorang) sebelum dia merubah nasibnya terlebih dahulu. Seperti yang disampikan oleh Bapak Mario Teguh, berusaha tanpa adanya perencanaan sungguh 'menyesatkan'. Usaha harus dilakukan dengan perencanaan dan action; keduanya berdasarkan alokasi waktu dan apa yang harus dilakukan (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang). Satu hal yang sangat penting untuk diingat; jangan pernah menunda. Kata orang Kulon (eh..., Barat); "Don't wait till tomorrow what you can do today (= Jangan tunda sampai esok apa yang dapat Anda kerjakan pada hari ini)" dan "Time is money (= Waktu adalah uang)". Waktu itu juga irreversible alias tidak bisa dimundurkan dan tidak bisa pula dimajukan. Belajarlah dari segala yang terjadi!
Ketiga, ikhlaslah dalam menerima hasil yang didapat; 'sementara' atau 'hasil akhir'. Kembali ke awal pembicaraan di atas; jika berhasil bersyukurlah, jika belum bersyukurlah dan temukanlah cara-cara yang lebih baik sambil terus optimis.
Sumber:
http://arran.files.wordpress.com/2009/07/optimism_2.jpg?w=300&h=224
Arif Budiman, S.S.
Selasa, 04 Januari 2011
Mario Teguh Super Point 2 - Cinta
"Sahabat saya yang sedang
merindukan pasangan hidup,
marilah kita berdoa,
Ya Tuhan kami Yang Maha Mencintai,
Engkau menciptakan segala sesuatu
berpasang-pasangan.
Dan aku yakin
Engkau telah menciptakan
pribadi belahan jiwaku.
Tuhanku,
aku sangat rindu untuk
memuliakan Nama Mu
bersama jiwa kecintaanku
dan keluarga cantik
yang akan kubangun
bersamanya.
Pasangkanlah aku dalam
seindah-indahnya pernikahan.
Aamiin"
(http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880)
Sebuah puisi indah - setidaknya untaian kata-kata mutiara penuh motivasi - dari Bapak Mario Teguh. Isinya tentang (harapan) keindahan hidup bersama pasangan, belahan jiwa. Puisi berwujud doa, penambah ketebalan asa kepada Sang Pencipta, Penguasa Alam Semesta Raya. Kerinduan seorang hamba akan dipertemukan dan diikat dalam tali suci pernikahan dengan sang belahan jiwanya, yang terbaik dari yang terbaik; pilihan-Nya.
Terdengar - lebih tepatnya, terbaca - klise, memang. Terdengar sedikit pathetic, juga. Terdengar romantis, melankolis, tapi optimistis. Tapi..., itulah yang namanya doa. Diperlukan gaya bahasa seperti itu - apakah hiperbola atau litotes. Tujuannya agar Sang Raja Diraja Alam Semesta Raya mendengar lalu mengabulkan permintaan yang dimaksud.
Ada sebuah untaian kata-kata mutiara; "Tiada kata seindah doa". Beberapa orang berpendapat bahwa doa adalah sebuah bentuk 'komunikasi batin segitiga emas' antara yang mencintai, yang dicintai dan Sang Khalik. Kedua 'pihak pertama' saling mendoakan agar 'pihak ketiga' melindungi, mengayomi, menganugerahi dan memberikan petunjuk terbaik. Seperti dalam 'Doa Pembuka' Bismillahirrahmanirrahiim (In the Name of Allah, Most Beneficient, Most Merciful); "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". Doa, dalam arti yang lebih 'ekstrem', lebih dari sekedar ungkapan 'cinta'; dia adalah ungkapan kasih sayang - tak mengenal yang selain yang dikasihi dan setia dengan yang dikasihinya. Sebuah perpaduan agung antara segala sesuatu yang 'di luar nalar' (illogisme) dengan sebuah keputusan logis yang didasari keyakinan teguh antara kedua belah pihak; yang mempunyai perasaan tersebut.
Jadi, hubungan antara doa dan cinta ibarat pinang dibelah dua (pake kampak kek, pake golok kek...!). Saling melengkapi; tidak bisa berdiri sendiri tanpa ada yang lain. Dan, apa yang dirasakan orang dengan kehadiran keduanya? Jawabannya hanya satu: BAHAGIA. Ya, bahagia! Catat itu...! Tapi, harap diingat bahwa sebelum ada doa - yang tulus ikhlas, bahkan (mungkin) sebelum cinta dan kasih sayang itu ada - ada tiga prasyarat yang mendahuluinya; perasaan akan Aman, Nyaman dan Senang (ANS; bukan PO. ANS jurusan Padang - Bukittinggi atau Bukitinggi - Jakarta). Aman (dan tenteram).., jika berada di dekatnya; Nyaman..., jika berbicara tentang segala sesuatu bersamanya (alias nyambung); dan, Senang..., jika diberi apapun olehnya walaupun terkadang tak bernilai sama sekali.
Pertanyaannya, kapankah hal itu bisa kugapai? Ya..., aku sudah berusaha dan berdoa dan bertawakal. Mungkin..., belum (terlalu) maksimal.... Terkadang aku berpikir untuk apa jadi orang baik kalau harus bernasib seperti ini; full of imperfectnesses. Sudah kulakukan semua hal yang bernuansa ANS itu, sudah kumainkan 'rumusnya' beserta seluruh variannya atas landasan satu kata: HONESTY (kejujuran). Tapi yang kudapat hanyalah setumpuk kekecewaan yang makin menggunung.... Ya, truly madly deeply imperfectness of the ANS formula...! Itulah yang (mungkin) mereka rasakan. Well, honesty sometimes painful, right?
Pada akhirnya, aku teringat akan sebuah syair tembang cinta milik Elton John yang menjadi OST (Official Sound Track)-nya film "The Lion King" yang romantis, tapi sedikit pathetis, berjudul "Can You Feel The Love Tonight":
"There's a calm surrender to the rush of day
When the heat of the rolling world can be turned away
An enchanted moment, and it sees me through
It's enough for this restless warrior just to be with you
And can you feel the love tonight
It is where we are
It's enough for this wide-eyed wanderer
That we got this far
And can you feel the love tonight
How it's laid to rest
It's enough to make kings and vagabonds
Believe the very best
There's a time for everyone if they only learn
That the twisting kaleidoscope moves us all in turn
There's a rhyme and reason to the wild outdoors
When the heart of this star-crossed voyager beats in time with yours"
(http://www.eltonography.com/songs/can_you_feel_the_love_tonight.html)
Perasaan yang hanya aku rasakan seorang diri (sampai saat ini), tak tahulah kapan akan tidak bertepuk sebelah tangan lagi....
Sumber:
http://2.bp.blogspot.com/_nQys0Tk6zTw/SgC50Q6ysII/AAAAAAAAAJQ/ntm5OKATkYU/s320/do'a.bmp
Arif Budiman, S.S.
("In Search for Truly Golden Love - Black Hawk Down")
merindukan pasangan hidup,
marilah kita berdoa,
Ya Tuhan kami Yang Maha Mencintai,
Engkau menciptakan segala sesuatu
berpasang-pasangan.
Dan aku yakin
Engkau telah menciptakan
pribadi belahan jiwaku.
Tuhanku,
aku sangat rindu untuk
memuliakan Nama Mu
bersama jiwa kecintaanku
dan keluarga cantik
yang akan kubangun
bersamanya.
Pasangkanlah aku dalam
seindah-indahnya pernikahan.
Aamiin"
(http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880)
Sebuah puisi indah - setidaknya untaian kata-kata mutiara penuh motivasi - dari Bapak Mario Teguh. Isinya tentang (harapan) keindahan hidup bersama pasangan, belahan jiwa. Puisi berwujud doa, penambah ketebalan asa kepada Sang Pencipta, Penguasa Alam Semesta Raya. Kerinduan seorang hamba akan dipertemukan dan diikat dalam tali suci pernikahan dengan sang belahan jiwanya, yang terbaik dari yang terbaik; pilihan-Nya.
Terdengar - lebih tepatnya, terbaca - klise, memang. Terdengar sedikit pathetic, juga. Terdengar romantis, melankolis, tapi optimistis. Tapi..., itulah yang namanya doa. Diperlukan gaya bahasa seperti itu - apakah hiperbola atau litotes. Tujuannya agar Sang Raja Diraja Alam Semesta Raya mendengar lalu mengabulkan permintaan yang dimaksud.
Ada sebuah untaian kata-kata mutiara; "Tiada kata seindah doa". Beberapa orang berpendapat bahwa doa adalah sebuah bentuk 'komunikasi batin segitiga emas' antara yang mencintai, yang dicintai dan Sang Khalik. Kedua 'pihak pertama' saling mendoakan agar 'pihak ketiga' melindungi, mengayomi, menganugerahi dan memberikan petunjuk terbaik. Seperti dalam 'Doa Pembuka' Bismillahirrahmanirrahiim (In the Name of Allah, Most Beneficient, Most Merciful); "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". Doa, dalam arti yang lebih 'ekstrem', lebih dari sekedar ungkapan 'cinta'; dia adalah ungkapan kasih sayang - tak mengenal yang selain yang dikasihi dan setia dengan yang dikasihinya. Sebuah perpaduan agung antara segala sesuatu yang 'di luar nalar' (illogisme) dengan sebuah keputusan logis yang didasari keyakinan teguh antara kedua belah pihak; yang mempunyai perasaan tersebut.
Jadi, hubungan antara doa dan cinta ibarat pinang dibelah dua (pake kampak kek, pake golok kek...!). Saling melengkapi; tidak bisa berdiri sendiri tanpa ada yang lain. Dan, apa yang dirasakan orang dengan kehadiran keduanya? Jawabannya hanya satu: BAHAGIA. Ya, bahagia! Catat itu...! Tapi, harap diingat bahwa sebelum ada doa - yang tulus ikhlas, bahkan (mungkin) sebelum cinta dan kasih sayang itu ada - ada tiga prasyarat yang mendahuluinya; perasaan akan Aman, Nyaman dan Senang (ANS; bukan PO. ANS jurusan Padang - Bukittinggi atau Bukitinggi - Jakarta). Aman (dan tenteram).., jika berada di dekatnya; Nyaman..., jika berbicara tentang segala sesuatu bersamanya (alias nyambung); dan, Senang..., jika diberi apapun olehnya walaupun terkadang tak bernilai sama sekali.
Pertanyaannya, kapankah hal itu bisa kugapai? Ya..., aku sudah berusaha dan berdoa dan bertawakal. Mungkin..., belum (terlalu) maksimal.... Terkadang aku berpikir untuk apa jadi orang baik kalau harus bernasib seperti ini; full of imperfectnesses. Sudah kulakukan semua hal yang bernuansa ANS itu, sudah kumainkan 'rumusnya' beserta seluruh variannya atas landasan satu kata: HONESTY (kejujuran). Tapi yang kudapat hanyalah setumpuk kekecewaan yang makin menggunung.... Ya, truly madly deeply imperfectness of the ANS formula...! Itulah yang (mungkin) mereka rasakan. Well, honesty sometimes painful, right?
Pada akhirnya, aku teringat akan sebuah syair tembang cinta milik Elton John yang menjadi OST (Official Sound Track)-nya film "The Lion King" yang romantis, tapi sedikit pathetis, berjudul "Can You Feel The Love Tonight":
"There's a calm surrender to the rush of day
When the heat of the rolling world can be turned away
An enchanted moment, and it sees me through
It's enough for this restless warrior just to be with you
And can you feel the love tonight
It is where we are
It's enough for this wide-eyed wanderer
That we got this far
And can you feel the love tonight
How it's laid to rest
It's enough to make kings and vagabonds
Believe the very best
There's a time for everyone if they only learn
That the twisting kaleidoscope moves us all in turn
There's a rhyme and reason to the wild outdoors
When the heart of this star-crossed voyager beats in time with yours"
(http://www.eltonography.com/songs/can_you_feel_the_love_tonight.html)
Perasaan yang hanya aku rasakan seorang diri (sampai saat ini), tak tahulah kapan akan tidak bertepuk sebelah tangan lagi....
Sumber:
http://2.bp.blogspot.com/_nQys0Tk6zTw/SgC50Q6ysII/AAAAAAAAAJQ/ntm5OKATkYU/s320/do'a.bmp
Arif Budiman, S.S.
("In Search for Truly Golden Love - Black Hawk Down")
Sabtu, 01 Januari 2011
Tahun Baru, Semangat Baru, Harapan Baru....
"A journey of a thousand miles must be begun with a single step. Chase your dreams up; no matter it'll be coz you'll be them. Don't turn back; unless it makes you're honoured. Stretch your (broken) Black Hawk wings up right now, and fly away...."
HAPPY NEW YEAR 2011
HAPPY NEW YEAR 2011
Langganan:
Postingan (Atom)