"“Jadilah dirimu sendiri”
adalah anjuran yang harus disikapi
dengan berhati-hati.
Jika selama ini diri kita adalah
Pribadi Nanti,
yang lebih suka menunda,
atau Pribadi Seandainya,
yang suka menelantarkan yang nyata
untuk yang seandainya,
maka menjadi diri sendiri
hanya akan melanjutkan
kelemahan hidup.
“Jadilah dirimu yang lebih baik”
adalah anjuran yang lebih sesuai
bagi kehidupan yang lebih baik."
Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
Pada postingan kali ini, saya akan sedikit mengulas 'status' Bapak Mario Teguh tentang "Menjadi Diri Sendiri". Sudah biasa kita mendengar dan membaca bahwa 'menjadi diri sendiri (be yourself) itu sangatlah positif. Bahkan, banyak orang yang menjadikannya 'filosofi hidup'. Entah mereka paham maksudnya atau tidak, yang jelas 'frase' ini sangat mudah untuk dibaca. Setidaknya - kata mereka pula - frase ini cool bangetzzzz.....
Tapi, yang diangkat oleh Bapak Mario bukanlah 'makna yang biasa'; sisi makna lain dari frase ini. "Menjadi diri sendiri" dalam artian "tetap menjadi diri yang apa adanya dari dulu hingga kini" alias "tidak berubah (sama sekali)" sama saja merugi. Dari waktu ke waktu, dia tetap seperti dia sekarang yang sering dikeluhkesahkannya TANPA ada daya-upaya plus sugesti (kekuatan pikiran, begitu kata Mas Romi Rafael) untuk menjadikan hidupnya lebih baik. Dia lebih suka menyalahkan keadaan, bahkan orang lain. Maka, frase "menjadi diri sendiri" dalam artian seperti ini tidak akan membawa manfaat apa-apa; istilahnya untuk zaman sekarang jadul man....!
Begitu pula jika artinya "pribadi yang suka menunda" alias Pribadi Nanti. Bapak Mario pernah berkata bahwa kekuatan 'inhibitor' terbesar di diri kita itu adalah kekuatan untuk menunda; menunda segala sesuatu. "Nanti deh..." atau "Besok deh..." adalah ungkapan-ungkapan yang seringkali keluar dari lidah, padahal saat itu dia masih punya kesempatan/peluang/waktu. Akhirnya, dia menyesal tidak melakukan apa yang seharusnya sudah dia lakukan di masa lalu karena di masa kini, dia sudah tidak punya waktu/kesempatan/peluang lagi. Mungkin, kita harus kembali pada pepatah Wong Kulon zadul tapi top; "Don't wait till tomorrow what you can do today!". Atau, bagi yang pengen sedikit 'religius'; "Ingatlah yang lima (perkara) sebelum datang yang lima (perkara)"...!
Hal yang sama juga berlaku bagi Pribadi Seandainya. Inilah 'pribadi-pribadi' yang suka 'berandai-andai', menerawang terlalu jauh, terlalu 'liar' dalam alam pikirannya sendiri yang tak terbatas hingga lalai dan terbuai. Memang, 'berimajinasi' - menurut Mamak Albert Einstein - adalah sesuatu yang positif; kata Beliau: "Start everything from your imagination" - begitulah kira-kira. Dari imajinasi akan timbul sugesti yang kuat untuk mewujudkannya dalam usaha, doa dan tawakal. Contohnya, sejak dahulu orang ingin sekali bisa terbang seperti burung; sejak saat itu, berbagai usaha dilakukan hingga memakan korban jiwa. Tapi, mereka yang punya sugesti, visi dan misi sekuat - bahkan jauh lebih kuat dari baja atau logam terkuat di dunia (adamantium miliknya Mas Wolverine) terus berusaha pantang menyerah karena haqqul yaqin bahwa - suatu saat - PASTI berhasil. Sekarang, kita sudah melihat hasilnya; bahkan jauh lebih hebat dari yang pernah dibayangkan sebelumnya bahkan yang belum pernah terlintas dalam benak para pionir tersebut. "Menjadi diri sendiri yang hanya suka berandai-andai hingga kelewat batas" jelas sangat kontraproduktif.
Intinya, PERUBAHAN atau HIJRAH. Berubah atau hijrah dari pribadi yang suka 'berandai-andai' menjadi yang punya sugesti dan keyakinan yang luar biasa (hingga mampu memecahkan sebuah gelas; jadi ingat acara "It's Your Time" di MetroTV semalam tanggal 29 Januari 2011). Berubah atau hijarah dari pribadi yang suka menunda-nunda apa yang bisa dikerjakan hari ini menjadi yang suka melakukan segalanya on time, bahkan di saat kepepet pun 'diubah' menjadi sebuah 'mahakarya'. Sekarang terserah kepada kita: mau memilih yang mana?
Arif Budiman, S.S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar