Rabu, 05 Januari 2011

Mario Teguh Super Point 3 - Optimistis terhadap Masa Depan

"Berlakulah lebih bijak dalam 
keraguan Anda mengenai masa depan.

Ketidak-pastian masa depan
telah menundukkan banyak jiwa
yang sejatinya hebat,
dan meracuninya dengan dugaan buruk
mengenai kesulitan yang akan terjadi.

Dan saat yang mereka duga itu datang,
mereka panik dan menyalahkan
ketidak-adilan hidup.

Tidak menyiapkan diri saat merasa khawatir
adalah pintu masuk menuju hidup yang gelisah."

 

http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880


Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat Al Quran yang kira-kira terjemahannya sebagai berikut: "Sesungguhnya Aku bagaimana (pandangan) hamba-Ku kepada-Ku; jika mereka anggap baik, maka baiklah...."

Ayat di atas mengajarkan kepada umat manusia, tanpa kecuali, agar selalu optimistis dan berbaik sangka (huznuzhan) kepada Allah; terlepas apakah yang akan terjadi itu baik atau buruk (pandangan manusia). Jika yang terjadi kemudian itu baik - dalam arti 'sesuai' dengan apa yang diharapkan, maka hal itu adalah karunia. Sebaliknya, jika yang terjadi itu jelek atau tidak 'sesuai' dengan yang diharapkan, maka hal itu juga adalah karunia 'dalam bentuk lain'. Baik kejadian baik atau buruk adalah rahmat-Nya karena mengandung banyak i'tibar (pelajaran) di dalamnya. Oleh karena itu, kita sebagai umat dan wali-Nya di muka bumi wajib mensyukurinya.

Memang, banyak diantara kita yang hanya mau bersyukur di kala mendapatkan hal-hal yang baik dan cenderung 'menyalahkan keadaan' di kala mendapatkan yang tidak baik (baca: tidak sesuai dengan keinginan). Sebab, mungkin saja Dia punya rencana lain yang 'jauh lebih besar atau lebih baik' pada waku yang akan datang yang tentu saja tidak akan 'terpenuhi' jika Dia memberikan 'apa yang diminta' pada saat itu. Atau, mungkin yang 'meminta' belum memiliki kepantasan untuk menerima karunia yang diharapkan. Artinya, yang 'meminta' seharusnya bersyukur karena mendapatkan waktu dan kesempatan dalam - seperti yang selalu disampaikan oleh Bapak Mario Teguh - proses 'memantaskan' diri mendapatkan 'keagungan' dan cita-cita yang didambakan.

Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan untuk 'memantaskan diri' tersebut? Jawabannya ada tiga. Ketiganya adalah suatu rangkaian proses yang tak terpisahkan dan selalu berulang, seperti layaknya lingkaran 'segitiga' - Segitiga Bermuda untuk Sukses Masa Depan

Pertama, berdoalah dengan segenap jiwa, keikhlasan, keyakinan dan optimisme. Akan lebih bagus lagi 'memelas sendu' karena Dia sangat 'mendambakan' hal itu dari umat-Nya. Seolah-olah Dia berkata dengan segala ke-Maha Pengasih dan Penyayang-Nya; "Apa yang kau rasakan, wahai hamba-Ku? Kemarilah, sayang! Katakan saja kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permintaanmu (ud'uni astajib lakum)".  

Kedua, berusahalah dengan sungguh-sungguh. Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum (atau seseorang) sebelum dia merubah nasibnya terlebih dahulu. Seperti yang disampikan oleh Bapak Mario Teguh, berusaha tanpa adanya perencanaan sungguh 'menyesatkan'. Usaha harus dilakukan dengan perencanaan dan action; keduanya berdasarkan alokasi waktu dan apa yang harus dilakukan (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang). Satu hal yang sangat penting untuk diingat; jangan pernah menunda. Kata orang Kulon (eh..., Barat); "Don't wait till tomorrow what you can do today (= Jangan tunda sampai esok apa yang dapat Anda kerjakan pada hari ini)" dan "Time is money (= Waktu adalah uang)". Waktu itu juga irreversible alias tidak bisa dimundurkan dan tidak bisa pula dimajukan. Belajarlah dari segala yang terjadi! 

Ketiga, ikhlaslah dalam menerima hasil yang didapat; 'sementara' atau 'hasil akhir'. Kembali ke awal pembicaraan di atas; jika berhasil bersyukurlah, jika belum bersyukurlah dan temukanlah cara-cara yang lebih baik sambil terus optimis.



 Sumber:
http://arran.files.wordpress.com/2009/07/optimism_2.jpg?w=300&h=224 


Arif Budiman, S.S. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar