CINTA vs LOGIKA
Secara kasat mata, cinta dan logika itu emang 'musuhan'....(dan lumrah dialami oleh mereka yang belum memiliki 'kematangan' dalam hidup; contohnya remaja, terutama yang baru saja 'menginjak usia belasan tahun')
Tapi bagi orang yang punya planning alias visi (dan misi) yang jauh ke depan, cinta dan logika adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan....
"Cinta" menerangi hati, jalan hidup serta sebagai anugerah Sang Pencipta; "Logika" juga menjadi pelita hati, penerang jalan, penentu mana yang benar dan mana yang salah (disinilah letak perbedaan sesungguhnya)...
Contoh: jika Anda 'jatuh cinta' pada seorang (maaf) pramuria (dan begitu pula sebaliknya); Anda satu trilyun persen memang tidak salah karena perasaan cinta itu adalah anugerah - kata Wong Kulon "Love is blind (Cinta itu buta, Man)", tapi jika Anda menggunakan logika maka ceritanya akan menjadi 'lain' karena Anda akan bisa memutuskan apakah Anda bersedia menikahinya atau tidak - jika dia tetap seperti keadaannya (dan untuk seterusnya seperti itu) sementara Anda ingin (baca: ngotot) menikahinya, apakah Anda mau mempunyai 'keturunan' dari laki-laki lain yang jelas-jelas BUKAN suaminya dan akan menjadi 'aib tersendiri' bagi Anda? Sebaliknya, jika dia ikhlas bertobat dan Anda mau menerima keadaannya plus 'masa lalunya' dengan apa adanya, apakah Anda akan konsisten dalam membimbingnya di jalan yang benar? (Ingat: Laki-laki adalah pemimpin dan penentu baik-buruknya garis keturunan karena menurut ilmu genetika, laki-laki 'satu-satunya makhluk' yang memiliki kromosom X dan Y - sementara perempuan hanya memiliki kromosom X).
Dengan kata lain, "cinta" adalah INSPIRASI UNTUK BERBUAT sementara "logika" adalah DECISION MAKER-nya.
Arif Budiman, S.S.
25 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar