semangatnya untuk menang,
harus menyiapkan keikhlasan
yang sama besarnya untuk
merasa damai saat dia dikalahkan.
Kemenangan adalah dampak logis
dari fokus yang utuh kepada
penggunaan kemampuan terbaik kita.
Dan kekalahan adalah tanda
bahwa kita harus memperbaiki diri.
Tapi, bola itu bulat.
Sehingga apa pun bisa terjadi.
Tuhan …
dengan Garuda di dada kami,
jayakanlah Indonesia.
Aamiin"
Mario Teguh
(Facebook)
Postingan Bapak Mario Teguh ini sebenarnya dimaksudkan untuk mendukung perjuangan Tim Merah Putih di ajang Piala AFF 2010 yang lalu. Postingan yang menggugah, menyemangati Tim Garuda agar terbang melintasi angkasa dengan perkasa. Tapi, yang saya akan bahas kali ini berfokus pada tiga "bait" pertama.
Ada baiknya kalau kita menyanyikan tembang "Garuda Di Dadaku" dari Netral terlebih dahulu:
"Ayo putra bangsa
Harumkan negeri ini
Jadikan kita bangga
Indonesia
Jayalah negaraku
Tanah air tercinta
Indonesia raya
Jayalah negaraku
Tanah air tercinta
Indonesia raya
Reff :
Garuda di dadaku
Garuda kebanggaanku
Ku yakin hari ini pasti menang..
Kobarkan semangatmu
Tunjukkan keinginanmu
Ku yakin hari ini pasti menang.."
(http://lirikbaru.com/lirik-lagu-netral-garuda-di-dadaku.htm)
"Semangat". Kata yang sudah sangat tidak asing lagi bagi kita semua. "Semangat" dapat dimaknai sebagai suatu sikap pantang menyerah, kerja keras, fokus dan sebagainya. Dengan kata "semangat", kita bisa bertahan hidup; bangkit dari keterpurukan dan membuktikan kualitas kebesaran diri. "Semangat" adalah api, cahaya hati untuk ikhlas dalam berbuat dengan berfokus utuh pada satu hal. "Semangat" pula yang menjadi pemantik penggunaan kemampuan terbaik yang kita miliki. Dengan demikian, kemenangan atau kesuksesan pun akan lebih mudah untuk diraih.
Tapi, "semangat" punya 'konsekuensi logisnya' yang lain. Belum tentu "semangat" yang menggiring manusia untuk meraih kemenangan atau kesuksesan akan berakhir dengan kesuksesan. Seringnya bahkan malah "jatuh tapai"; terpuruk dalam kekalahan. Sering sekali orang dalam keadaan ini menjadi gamang; tak tahu apa yang harus diperbuat, sibuk mencari alasan-alasan tak relevan atau mundur teratur dari zona perjuangan. Tapi, itu hanya untuk orang-orang yang tidak memiliki keteguhan hati dan kesetiaan terhadap perjuangan hidupnya sendiri. Orang-orang yang jiwanya dibangun dan ditumbuhi dengan pola-pola sikap dan fikir seperti ini memiliki 'reservoir keikhlasan' untuk menerima kekalahan-kekalahan ataupun penaklukan-penaklukan; bahkan 'ukurannya' jauh lebih besar dari "semangatnya". 'Reservoir' ini kemudian dijadikan Tuhan bertambah besar seiring dengan "semangatnya" yang juga bertambah besar untuk berinstrospeksi dan memperbaiki diri. Hingga pada suatu saat, tujuan yang direncanakannya berhasil; bahkan lebih baik lagi.
"Laiknya bola, di dunia ini apapun bisa terjadi. Ingatlah bahwa tak selamanya roda selalu berada di bawah; kadang di atas kadang di bawah. Jika berada di atas, gelak tawa akan menyeringai riuh. Bila di bawah, gelak tawa 'tertahan yang menusuk' sudah menjadi lauk pauk. Selama kita masih punya iman, tetaplah semangat sambil terus mensyukuri apa yang kita punya. Asa itu akan selalu ada.... Di sana dan... di hati kita...."
Arif Budiman, S.S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar