"Sejauh mungkin, sebisa mungkin,
lebih banyaklah melakukan kebaikan.
Janganlah membuat kesalahan hari ini.
Masukilah masa depan
sebagai pribadi yang damai
karena Anda meminimalkan kesalahan
yang bisa menjadi fitnah
yang menjatuhkan Anda nanti.
Perhatikanlah
orang-orang besar yang jatuh,
mereka jatuh karena kesalahan
yang mengijinkan kesalahan lain
di masa lalu
menjadi fitnah yang tak terbantah."
Mario Teguh
lebih banyaklah melakukan kebaikan.
Janganlah membuat kesalahan hari ini.
Masukilah masa depan
sebagai pribadi yang damai
karena Anda meminimalkan kesalahan
yang bisa menjadi fitnah
yang menjatuhkan Anda nanti.
Perhatikanlah
orang-orang besar yang jatuh,
mereka jatuh karena kesalahan
yang mengijinkan kesalahan lain
di masa lalu
menjadi fitnah yang tak terbantah."
Mario Teguh
(Facebook)
Setiap insan di dunia ini pasti pernah membuat kesalahan; apakah itu besar atau kecil, sengaja maupun tidak. Berbuat salah adalah sesuatu hal yang biasa karena manusia hanyalah makhluk. Di sinilah, Tuhan memberikan rahmat karena kasih sayang-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam lingkungan pekerjaan atau karir, kita biasa dituntut untuk selalu 'benar' dan berbuat yang 'benar'. Sesuatu yang dilakukan secara 'benar' akan membuahkan hasil yang membahagiakan - apakah itu pujian, sanjungan, nilai yang tinggi, nama baik hingga kepada hal-hal berbau ekonomi - gaji yang besar atau kenaikan pangkat/jabatan misalnya. Tak akan ada orang yang melakukan sesuatu secara 'benar' atau berbuat yang 'benar' akan mendapatkan cacian, makian, cemoohan, penghinaan bahkan 'hukuman'. Setidaknya, itu dalam tataran 'teori'.
Lain halnya dengan kesalahan. Jika salah - baik dalam arti kata melakukan sesuatu tidak sesuai dengan 'prosedur' atau salah 'berbuat', orang yang melakukannya dapat dipastikan akan mendapat banyak 'masalah'; entah itu makian, ejekan, nama buruk, nilai jelek bahkan penurunan gaji/pangkat. Kesalahan ibarat momok menakutkan; hantu bagi kebanyakan manusia. Karena itulah, sejak turun-temurun kita selalu 'diajarkan' dan 'didoktrin' agar jangan pernah berbuat kesalahan - sekecil apapun. Semuanya harus sempurna.
Tapi, sebagian kecil diantara mereka - orang-orang besar - tidak pernah takut pada 'monster' bernama 'kesalahan'. Bahkan, mereka seperti punya 'nyali' dan 'senang' berbuat kesalahan (baca: sengaja atau 'rindu'). Mereka berkeyakinan kesalahan bukanlah akhir dari segalanya; kesalahan hanyalah satu 'peringatan' untuk memperbaiki kesalahan, memulai sesuatu dengan lebih baik lagi. Mereka tidak peduli - bahkan tidak takut - kepada orang-orang yang mencoba 'meracuni keyakinan' mereka, tidak peduli siapa yang 'mengkritik' - atasan atau orang-orang berkuasa. Bagi mereka, kesalahan jauh lebih baik dan 'bernilai' daripada tidak melakukan sama sekali. Intinya, mereka hanya takut pada keadaan 'takut untuk berbuat'.
Dalam melakukan sesuatu yang baru, tentu saja kita akan mengalami banyak kesalahan, kesulitan, masalah dan sebagainya. Sering sekali apa yang dalam 'ranah teori' tidak sepenuhnya ditemui dalam 'ranah realita'. Juga, apa yang dirasa 'indah' dan 'mudah' dalam 'ranah rencana' tidak selalu sesuai dengan 'ranah praktek'. Kualitas sesuatu merangkap orang yang melakukan sebenarnya terletak pada bagaimana caranya orang tersebut memperbaiki atau 'meng-adjust' kesalahan atau kenyataan yang dialami. Juga, apakah perbaikan tersebut dilakukan secara 'ala kadarnya' atau dengan sepenuh jiwa-raga. Nothing is perfect; so, nobody is perfect!
Saran kalimat Bapak Mario Teguh di atas adalah sedapat mungkin kita jangan melakukan kesalahan; terutama kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Jikapun harus salah dan jatuh, salah dan jatuhlah yang besar. Nikmatilah kesalahan yang kita buat karena dia akan memberikan pengalaman paling berharga dan kita akan menjadi 'ahli' di bidang itu. Wawasan kita pun akan bertambah..., dan makin luas.
So:
"Mistakes are not to be kept off; they just the only way to make everything better, more meaningful and more valuable" (= Kesalahan bukanlah untuk dihindari; kesalahan adalah satu-satunya jalan untuk membuat segalanya menjadi lebih baik, lebih berarti dan lebih bernilai)"
Arif Budiman, S.S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar