"Engkau bertanya kepadaku,
mengapakah sulit bagimu
menemukan kebahagiaan.
Ini yang mungkin
bisa kau pertimbangkan,
Berfokuslah untuk mengisi hati
dan pikiranmu dengan kebaikan.
Janganlah engkau
menjadikan hati dan pikiranmu
sebagai pelabuhan bagi
prasangka buruk dan siasat keji.
Prasangka dan siasat itu
merampok waktumu
dan menjadikan
hari-hari kerjamu pendek
dan malam-malammu panjang
tanpa tidur."
Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
mengapakah sulit bagimu
menemukan kebahagiaan.
Ini yang mungkin
bisa kau pertimbangkan,
Berfokuslah untuk mengisi hati
dan pikiranmu dengan kebaikan.
Janganlah engkau
menjadikan hati dan pikiranmu
sebagai pelabuhan bagi
prasangka buruk dan siasat keji.
Prasangka dan siasat itu
merampok waktumu
dan menjadikan
hari-hari kerjamu pendek
dan malam-malammu panjang
tanpa tidur."
Mario Teguh
http://www.facebook.com/pages/Mario-Teguh/52472954880
Siapa yang tak pernah berprasangka? Prasangka - apakah itu baik atau buruk - seringkali menjadi salah satu dasar diambilnya satu keputusan. Atas dasar prasangka pula, dunia bisa berubah, peradaban berubah ke arah yang lebih baik atau (yang lebih sering) kehancuran. Lihatlah Perang Dunia I dan II yang 'pemicunya' tak lebih dari sekadar prasangka - prasangka buruk tentunya! Apa yang terjadi kemudian sungguh sangat mengerikan; jutaan orang tak berdosa harus meregang nyawa, peradaban manusia yang telah dibangun ratusan bahkan ribuan tahun binasa dan harkat-martabat manusia sebagai sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya 'terjun bebas' menjadi sub-human - binatang. Semuanya, sekali lagi, bermula dari prasangka!
Tuhan telah membekali setiap manusia yang 'beruntung' lahir ke dunia dengan tiga 'senjata' utama; hati, akal dan nafsu. "Akal" berfungsi menerangi jalan dan 'membimbing' nafsu ke jalan yang baik dan lurus; sedangkan "nafsu", berfungsi sebagai 'bahan bakar nuklir-nya' hidup dalam menggapai setiap cita-cita atau keinginan. Sementara itu, "hati" berfungsi sebagai 'penengah' konflik antara akal dan nafsu. Insan pilihan atau terbaik adalah yang mampu menjadikan hatinya sebagai raja, akalnya sebagai panglima dan nafsunya sebagai budak. Sebaliknya, insan terkutuk adalah yang menjadikan nafsunya sebagai raja sehingga akal dan hatinya menjadi buta. Untuk lebih jelasnya, silahkan buka link berikut: http://kawansejati.ee.itb.ac.id/book/export/html/15061.
Di atas saya menyebutkan bahwa manusia yang lahir ke dunia adalah manusia 'beruntung'. Kenapa beruntung? Saudara-saudara, coba bukalah kembali pelajaran biologi bab reproduksi yang pernah kita pelajari semasa SMA. Pada saat terjadi konsepsi (pembuahan), jutaan - bahkan milyaran - sperma akan berenang menuju saluran tuba fallopii untuk membuahi satu-satunya sel telur. Dalam perjalanannya itu, semua sperma harus 'berjuang antara hidup-dan-mati' atau 'bersaing secara sengit'. Dan, hanya ada satu pemenang; sperma yang mampu 'bertahan' dan akhirnya membuahi sang telur! Tak akan ada sperma lain yang akan masuk karena membran pelindung sel telur akan segera mengeras. Jadi apa kesimpulannya? Setiap manusia yang lahir ke dunia adalah KAMPIUN. Dan tahukah Anda bahwa seringkali seorang 'kampiun' lahir akibat ketiadaan 'jalan lain'? Dia akan sangat termotivasi; segala ketakutan berubah menjadi keberanian yang meledak-ledak hingga mampu membuat keajaiban-keajaiban. Berkenaan dengan hal ini, Sun Tzu, seorang jenderal besar Cina Kuno, ahli strategi dan penulis Kitab "Seni Berperang (The Art of War)" pernah berkata "The good fighters of old first put themselves beyond the possibility of defeat, and then waited for an opportunity of defeating the enemy (= Prajurit yang baik adalah yang membuat diri mereka berada dalam kemungkinan untuk kalah, lalu menunggu kesempatan mengalahkan musuh")* Dalam sejarah, ada banyak tokoh yang telah membuktikan strategi ini; salah satunya adalah Panglima Thariq bin Ziyad - Taric el Tuerto - sang Penakluk Andalusia. **
Kembali ke quote Bapak Mario Teguh di atas, intinya adalah membiarkan segala kebaikan merasuki segenap jiwa, akal dan nafsu kita. Efeknya akan langsung terasa; jiwa menjadi tenang, hati menjadi lapang, pikiran menjadi melayang terbang menembus awang-awang dan nafsu 'terkekang' dalam rentang sehingga kebahagiaan akan teretas datang. Hati adalah cermin jiwa; maka jagalah dia sebaik-baiknya:
"Jaga.. Jaga... Jaga... Jaga... Jagalah hatimu
Jangan... Jangan... Jangan biarkan kotori hatimu
Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya illahi
Bila hati kian bersih, pikiran pun kian jernih
Semangat hidup kan gigih, prestasi mudah diraih
Namun bila hati busuk, pikiran jahat merasuk
Akhlak kian terpuruk, jadi mahluk terkutuk
Bila hati kian suci, tak ada yang tersakiti
Pribadi menawan hati, ciri mukmin sejati
Namun bila hati keruh, batin selalu gemuruh
Seakan dikejar musuh, dengan Allah kian jauh
Bila hati kian lapang, hidup sempit tetap senang
Walau kesulitan datang, dihadapi dengan tenang
Tapi bila hati sempit, segalanya makin rumit
Seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit"
Jangan... Jangan... Jangan biarkan kotori hatimu
Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya illahi
Bila hati kian bersih, pikiran pun kian jernih
Semangat hidup kan gigih, prestasi mudah diraih
Namun bila hati busuk, pikiran jahat merasuk
Akhlak kian terpuruk, jadi mahluk terkutuk
Bila hati kian suci, tak ada yang tersakiti
Pribadi menawan hati, ciri mukmin sejati
Namun bila hati keruh, batin selalu gemuruh
Seakan dikejar musuh, dengan Allah kian jauh
Bila hati kian lapang, hidup sempit tetap senang
Walau kesulitan datang, dihadapi dengan tenang
Tapi bila hati sempit, segalanya makin rumit
Seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit"
(Snada - "Jagalah Hati" Lirik: Aa Gym; http://agung-trisetyarso.blogspot.com/2008/08/jagalah-hati-aa-gym.html)
Arif Budiman, S.S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar