"Keinginan adalah tenaga
bagi upaya untuk keluar
dari kekurangan.
Maka hindarilah melarang anak kita
dari menginginkan sesuatu
dengan alasan tidak ada uang.
Mereka akan tumbuh
menjadi orang dewasa
yang jika kekurangan,
tidak berani menginginkan.
Dan karena tidak ingin apa-apa,
mereka tidak berupaya.
Itu sebabnya
kita sering melihat orang
yang sedang kekurangan,
justru berlemah hati
dan takut mencoba."
Mario Teguh
bagi upaya untuk keluar
dari kekurangan.
Maka hindarilah melarang anak kita
dari menginginkan sesuatu
dengan alasan tidak ada uang.
Mereka akan tumbuh
menjadi orang dewasa
yang jika kekurangan,
tidak berani menginginkan.
Dan karena tidak ingin apa-apa,
mereka tidak berupaya.
Itu sebabnya
kita sering melihat orang
yang sedang kekurangan,
justru berlemah hati
dan takut mencoba."
Mario Teguh
(Facebook)
"Keinginan" tidak sama dengan "kebutuhan". "Kebutuhan" adalah segala sesuatu yang 'wajib' ada agar hidup dapat berlangsung dengan baik dan lancar. "Keinginan" adalah segala sesuatu yang 'tidak mutlak'; hanya dipenuhi jika "kebutuhan" telah diperoleh. Setidaknya, itulah definisi secara singkat.
Namun, "keinginan" memiliki ciri khasnya tersendiri. "Keinginan" sering ditafsirkan sebagai "kemauan" atau "cita-cita". Kata orang bijak; "Dimana ada kemauan di situ ada jalan". "Keinginan" atau "kemauan" adalah 'perintis', pembuka jalan bagi dilakukannya sesuatu. Berangkat dari sebuah keinginan, orang akan berusaha untuk mewujudkannya. Dari sebuah keinginan pulalah, harapan itu muncul dan tumbuh bak cendawan di musim hujan. Rentetan berikutnya dapat dipastikan adalah doa, ikhtiar dengan pengorbanan dan penerimaan hasil. Dan, dari kata "keinginan" pula lahirlah bayangan-bayangan indah di masa datang yang sering disebut sebagai "imajinasi" atau "khayalan" yang akan menimbulkan semangat, motivasi dan sugesti di pikiran yang memilikinya.
Energi "keinginan" begitu luar biasa; dia adalah 'energi potensial' bagi yang memiliki agar sesegera mungkin 'keluar' dari 'kekurangan' yang sedang dialami. Ya..., semangat untuk merubah nasib; energi positif yang timbul dari dalam diri pribadi. "Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum (pribadi) jika dia tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri." Apa artinya? Artinya, manusialah yang menentukan - apakah ingin 'berubah nasib' atau 'tidak'; sementara Tuhan yang 'mengizinkannya'.
Akan tetapi, dalam masyarakat sering sekali kita temui adanya upaya-upaya 'pelemahan diri' yang datang dari luar diri "pengingin" yang 'melarang' mereka untuk mempunyai 'keinginan'. Alasannya bermacam-macam; salah satunya karena tidak memiliki uang. Padahal, uang bukanlah segalanya; bukan pula satu-satunya cara agar keinginan tersebut bisa 'diperoleh'. Selalu akan ada jalan - yang sebagian besar tidak disangka-sangka - yang datang dari 'langit dan bumi' bila dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan niat yang baik. Kuncinya hanya satu: KESABARAN.
"Kesabaran" akan membimbing kita untuk selalu ikhlas dalam mencoba, berusaha, berdoa, menerima hasil 'sementara' dan yang paling penting tetap memelihara 'keinginan' dengan sebaik-baiknya dalam diri dalam keadaan hati yang kuat bagaikan seonggok adamantium (logam terkuat di dunia). Hanya masalah waktu kapan "keinginan" tersebut akan 'tercapai'. "Kesabaran" pula yang akan mensugesti kita untuk selalu dekat dengan Yang Maha Memberi dan tetap berbuat kebaikan. Dan, ujian akan datang silih berganti menerpa. Bagi orang-orang yang ikhlas dan teguh, ujian-ujian itu hanya 'cara Tuhan memperlakukan hamba-Nya dengan penuh kasih sayang"; Beliau mempersiapkan pribadi-pribadi pilihan-Nya untuk pantas mendapatkan "keinginan" tersebut dengan segala pertimbangan dan konsekuensi yang sepenuhnya bermuara pada kemaslahatan mereka. "Baalam laweh bahati lapang" - begitulah mereka 'dibesarkan'. Sering sekali apa yang akhirnya 'didapat' jauh lebih baik dari apa yang pertama kali ataupun yang pernah "diinginkan".
Jadi:
"Jangan pernah takut untuk memiliki keinginan; apapun itu. Memiliki keinginan adalah salah satu anugerah Tuhan yang terbesar - seperti halnya mimpi. Nikmatilah proses menuju 'pengabulan' keinginan itu karena kita akan 'didewasakan' sejalan dengan beriringnya ruang, waktu dan peristiwa-peristiwa di dalamnya; kita akan menjadi 'beraneka warna'. Orang yang tidak mempunyai keinginan adalah orang yang paling malang sedunia - mereka sebenarnya telah 'mati' dalam 'hidup'. Oleh karena itu, berdoalah agar kita terhindar dari kondisi seperti ini."
Arif Budiman, S.S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar