Jumat, 25 Februari 2011

Mario Teguh Super Point 21 - "The Paradox"

"PARADOX nasehat.

Untuk yang takut salah:

Kita diharuskan untuk berhasil,
maka kesalahan adalah hak,
yaitu pilihan kemungkinan yang logis
yang kita temui dalam perjalanan
mencapai keberhasilan.

Untuk yang takut mencoba:

Tugas kita bukan untuk berhasil,
tapi untuk mencoba.
Karena di dalam mencoba itulah
kita belajar dan menemukan
kesempatan untuk berhasil.

Untuk semua:

Orang yang berhasil adalah orang baik."

 

"Paradoks adalah suatu situasi yang timbul dari sejumlah premis (apa yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan kemudian; dasar pemikiran; alasan; (2) asumsi; (3) kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan di dalam logika) yang diakui kebenarannya yang bertolak dari suatu pernyataan dan akan tiba pada suatu konflik atau kontradiksi." (Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Paradoks)

"Paradoks"; kata ini, mungkin kita sudah kenal - setidaknya pernah mendengar. Terdengar memang 'aneh' dan sedikit 'nyentrik'; khas bahasa orang-orang Eropa. Dalam bahasa Indonesia, kata ini tidak memiliki padanan yang 'seimbang'; jadi diambil langsung dengan penyesuaian tulisan berdasarkan pelafalannya. 

Dalam kata "paradoks", tersembunyi banyak misteri. Salah satunya adalah misteri 'makna' atau kesimpulan. Makna atau kesimpulan yang 'dihasilkan' tidak satu, tapi beraneka ragam tergantung yang menarik kesimpulan atau maknanya. Dan, makna atau kesimpulan tersebut bisa 'denotatif', bisa pula 'konotatif'. Premis-premis-nya (sering) bertentangan satu sama lain, 'menuntut' orang berfikir bak seorang filsuf.

Tapi terkadang, definisi di atas tidak sepenuhnya benar. Dalam sebuah "paradoks" bertema "nasehat" misalnya, premis-premisnya saling berhubungan yang menciptakan koneksi 'hirarki' tertentu; walaupun di dalamnya ada premis-premis bernilai 'konotatif' atau berseberangan. Pelibatan premis-premis 'konotatif' ini bertujuan untuk mempertegas maksud serta 'target' nasehat. Premis-premis 'konotatif' ini pula juga sebagai 'pedoman' atau 'solusi cara' yang bisa ditempuh. Contohnya adalah sebagai berikut:

"Keberhasilan adalah hak semua orang; kesalahan juga hak semua orang untuk menggapai keberhasilan. Meskipun keberhasilan bukanlah 'harga mati' setiap usaha atau perjuangan, tapi 'kewajiban' insani adalah 'menyempurnakan' penyobaan-penyobaan. Dan, jika keberhasilan itu diperoleh, maka keberhasilan itu akan membaikkan orang yang mendapatkan; jika kegagalan yang diperoleh, maka kegagalan itu akan mengkayakan orang yang mendapatkan. Jadi, tidak ada yang terbuang percuma dari sebuah paradoks, apalagi paradoks nasehat bijak keberhasilan...."








Arif Budiman, S.S. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar